That Should Be Me
Syakeyla Saptharina, itulah namaku. Mungkin terdengar sedikit asing dan aneh, ya menurutku juga begitu, tetapi entahlah atas dasar apa mamah dan papah memberikan nama itu padaku. Di sekolah maupun di rumah aku kerap disapa Key atau Keyla. Aku anak tunggal dari keluarga Setyodiningrat, yaitu satu-satunya keluarga yang paling menonjol karena kekayaannya dan yang paling disegani di kotaku. Wajib diingat dan di garis bawahi, ANAK TUNGGAL, sudah terbayang kan betapa tidak mengasyikannya menjadi anak satu-satunya di keluarga borjou sepertiku.
Hidupku memang penuh dengan kemewahan, tak jarang papah dan mamah memanjakanku, menuruti semua apa yang aku minta. Aku tahu seharusnya aku bangga karena selalu menjadi yang nomor 1, tetapi halooo ! Ini aku, KEYLA. Predikat cuek, brandal & kepala batu, memang sudah melekat erat pada diriku. Aku tak peduli. Aku bangga menjadi diriku yg seperti ini.
Aku pernah mencoba menjadi pribadi lain dari yang biasanya, tetapi itu semua hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari sehari !! Aku berubah itupun karena mamah yang memaksaku. Sejujurnya aku merasa bosan dengan hidupku. Aku kecewa dengan hidup ! Mengapa disaat banyak anak-anak seumuranku yang menikmati masa-masa indahnya sebagai REMAJA NORMAL, bebas memilih hidup dan sesuka hati bergonta-ganti pacar, justru hidupkulah yang paling kelam, tak berwarna. Mengapa hidup itu tidak adil ??? PERJODOHAN itulah yg membuatku semakin tertekan & membuatku semakin marah pada hidup.
Mamah dan papah selalu memaksaku, terlebih lagi papah. Aku disini hanya bisa memberontak tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin inilah penyebab seorang Key yang tadinya manis, penurut dan anak rumahan yang terawat berubah menjadi sosok menyeramkan yang nakal, brandal dan suka membangkang. yaa itu yang menyebabkanku menjadi Key yang seperti ini. Aku sangat benci jika hidupku harus diatur-atur, aku lebih benci lagi kepada orang yang ‘sok’ mengatur hidupku padahal mengatur hidupnya saja terkadang tidak becus.
Aku sempat putus asa meyakinkan kedua orang tuaku. Sebenarnya mau mereka itu apa sih ? percuma saja aku melawan kehendak mereka karena baik papah maupun mamah bertindak seolah-olah hanya mereka yang benar, mereka berpura-pura tuli dan masa bodoh denganku.
“Itu semua demi kebaikan kamu, Key.” Ujar mamah suatu ketika. Aku terbelalak mendengarnya.
“Kebaikan Key yang mana, mah ?” tanyaku dengan nada tajam. “Demi kebaikan Key atau demi kebaikan kalian ?” tanyaku lagi sedikit membentak, setelah itu kutinggalkan mamah seorang diri di dapur.
Andai hidup ini dapat memilih, mungkin aku akan memilih menjadi orang dengan hidup serba biasa dan sederhana tetapi bahagia daripada hidup mewah tetapi penuh penderitaan seperti ini.
###
Aku menghembuskan nafas dengan kesal. Pandanganku terus tertuju pada seorang cowok tinggi, putih dan berkacamata yang kini juga ikut memandangku. Dialah cowok yang menghancurkan hidupku, gara-gara dia perjodohan ini terjadi. Tanpa merasa bersalah sama sekali, Edo, begitulah cowok itu dipanggil, tersenyum lembut sembari menatapku.
“Hai ! Lo Keyla kan ?” sapanya ramah. “Kenalin gue Edo.” Lanjutnya sembari menyodorkan tangan kanannya kehadapanku, aku tetap bergeming sambil memandang tanpa ekspresi pada tangan yang terulur itu.
“Gue Edo.” Ulangnya sembari menggoyangkan tangan kanannya berharap dengan begitu aku akan membalas uluran tangannya. Cuiih !
“Gue udah tau nama elo bego !!! diam, shit ! damn to much your big mouth !!” teriakku dalam hati.
Cowok itu kembali menyadarkanku dari lamunan dengan cara mengguncang pelan bahuku. Aku melotot marah kearahnya.
“Lepasin ! Berani-beraninya elo nyentuh gue. Sekalipun kita memang dijodohkan, tetapi lo gak boleh seenak jidat lo nyentuh gue !” protesku, Edo hanya tersenyum geli melihat responku yang mungkin sedikit berlebihan. Bodoh amat.
“Huh ! Dasar cowok aneh.” Batinku dalam hati.
“Ssstt... Jangan keras-keras. Ntar orangtua lo bisa denger kalo kita lagi ribut.” Katanya kalem. Aku menutup kedua telingaku sambil menjulurkan lidah.
“Bodoh !”
“Jangan gitu dong, Key.”
“Terserah gue dong !” balasku ketus. Aku segera meninggalkan cowok rese’ ini didalam ruang tengah seorang diri. Brakkk !! aku sengaja membanting pintu kamarku keras-keras. Aku tak peduli meskipun papah, mamah serta cowok tengil itu mendengar kegaduhan yang kuciptakan barusan.
###
Didalam kamar yang gelap dan terlihat remang karena hanya pendar-pendar cahaya dari lampu penerangan diluar saja yang menerangi kamar besar dan mewah ini aku terduduk diam dipojokan pintu. Aku semakin marah dengan makhluk yang bernama ‘hidup’, gara-gara ‘hidup’ yang tak adil ini perjodohan itu harus terjadi, gara-garanya pula aku harus bertemu dengan makhluk tengil model Edo.
Aku meraba-raba disekitar meja belajarku yang memang sengaja kubiarkan berantakan. Aku terus mencari handphoneku dengan mengandalkan penerangan seadanya. Setelah ponsel qwerty itu berhasil kutemukan, dengan lihainya jari-jari lentik tanganku segera membuka daftar kontak dan mencari nama seseorang yang mungkin mampu menenangkan pikiranku yang sedang gundah. Nama ‘Khelo’ terpampang jelas dilayar ponselku, dengan segera ku tekan tombol call. Tak berapa lama kemudian telepon segera terjawab, sesaat aku tersenyum mendengar suaranya yang berat.
”Khel..lo sekarang dimana ?” Tanyaku saat Khelo sudah menjawab panggilanku.
“Emang ada apa, Key ?” Tanya Khelo dari seberang.
“Gue mau kabur dari rumah.” Kudengar suara keterkejutan darinya setelah kuucapkan kalimat itu. “Sekarang lo bisa bantu gue kan?”
“Ck. Kenapa lo mesti kabur dari rumah? Udah bosen sama kekayaan lo ?” tanya Khelo, aku terkekeh geli mendengarnya. Inilah yang kusukai dari, Khelo, sahabatku. Entah bagaimana caranya cowok itu selalu bisa menenangkan hatiku.
“Ah lo mah banyak tanya Khel, kayak gak kenal gue aja. Ntar deh gue pasti ceritain semuanya ke elo, tetapi sebelumnya lo mesti jemput gue dulu, SEKARANG. Gue tunggu didepan. Buruan !!!”
“Iya-iya sayang, bawel lo ah.” Aku segera mematikan ponselku karena diseberang Khelo juga sudah mengakhiri komunikasi singkat ini.
Dengan gesit kusiapkan semua barang-barangku yang sekiranya sangat penting dan kubutuhkan seperti ponsel, I-Pod, buku-buku pelajaran dan beberapa helai baju seragam sekolahku lengkap dengan atributnya segera kumasukan kedalam ransel hitam kecilku. Meskipun aku dikenal brandal, tetapi sekolah adalah prioritas utama bagiku. Aku berjalan mengendap-endap agar tak ada yang mengetahui aksiku. Aku sengaja lewat pintu samping karena sangat tidak memungkinkan untuk melewati pintu utama dan jika itu kulakukan berarti sama saja aku memberi umpan pada singa lapar. Dan satu makian yang akan keluar dari mulutku untuk mencaci maki diriku sendiri. “Goblok !”
“Edo bener-bener nyebelin, mau aja dia nerima perjodohan ini. Emang masa mudanya gak keusik apa??” gerutuku sembari menyusuri jalanan samping rumah yang selalu sepi sekaligus menjadi jalan keluar ‘diam-diam’ yang aman bagiku. Sekilas dapat kulihat Mamah dan papah sedang berbincang akrab dengan 'calon suami' ku (menurut versi papah dan mamah, tetapi tidak bagiku) di ruang tamu.
“Akhirnya..lolos juga.” Gumamku saat berhasil keluar dan menuju tempat perjanjianku dengan Khelo. Setengah jam berlalu dan Khelo muncul dengan mobil honda jazz hitamnya seperti biasa.
“Key..sori lama.” Ucapnya setelah turun dari mobil dan membukakan pintu sebelah kiri untukku.
“Gak papa kok. Thanks ya, Khel.” Khelo hanya menimpalinya dengan anggukan samar.
“Itulah gunanya sahabat,” Ujarnya sambil terkekeh aku meninju lengannya pelan. “Lo boleh kok nginep di rumah gue, daripada lo harus luntang-lantung buat nyari tempat tinggal sementara.” Tawarnya. Aku terdiam tak tau harus berkata apa.
Keheningan menyergap kami. Mobil honda jazz itu masih terparkir didepan rumahku. Kulirik Khelo yang duduk dibelakang setir sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan aku sedari tadi juga sibuk dengan pikiranku. Aku terdiam sejenak. Aku berpikir apakah mamah dan papah akan mencariku jika aku gak ada di rumah ? Ah bodoh, biar deh mereka nyari sampai capek juga aku tetep gak peduli. Bukankah ini yang mereka inginkan ? inilah dampak yang harus mereka tanggung karena telah memaksaku.
“Ini kan gara-gara mereka juga. Siapa suruh jodohin gue sama si Edo,” Gumamku. “Yaudah deh, Khel, gue ikut elo.” Khelo tersenyum tipis mendengarnya. Saat mobil akan bergerak kudengar samar teriakan seseorang yang memanggil-manggil namaku.
“Key-Key.. Tunggu !” teriak pemuda yang kini sedang berlari menghampiri mobil Khelo. Hah, Edo ?!!
“Dia cowok yang mau dijodoin sama elo kan Key ?” pertanyaan Khelo segera menyadarkanku. Aku mengedikkan bahu, tampak enggan membahas masalah ini lagi.
“Key ?”
“Khel, jalanin mobil elo. SEKARANG !!” teriakku keras saat menyadari jarak yang tercipta semakin dekat. Tanpa basa-basi lagi Khelo menjalankan mobilnya dengan cepat. Sempat kudengar teriakkan Edo dari luar, aku tersenyum sinis saat mendengarnya. Rasain lo, Do !!
###
Sekelebat pikiran konyol melintasi benakku, tetapi aku buru-buru menepisnya jauh-jauh pikiran itu. “Mana mungkin mamah dan papah berhutang budi pada keluarga Edo ? Kalaupun ada, tidak mungkin mereka menyerahkan harga dirinya dengan mengganti hutang budi itu dengan anak perempuannya. Tetapi jika benar, itu sama saja mereka menjadikanku sebagai jaminan. Mereka menjualku. Ah tidak mungkin.” aku menggeleng kuat-kuat, sehingga membuat Khelo menatapku heran.
“kenapa lo Key ?”
“Gak papa kok.” jawabku pendek. Kulirik Khelo mengeluarkan sebatang rokok kemudian mulai menyulutnya dan segera mengisapnya perlahan seakan menikmatinya.
“Lo mau ?” tanyanya sembari menyodorkan sebatang padaku. Aku menimbang-nimbang dalam hati, akhirnya aku memilih untuk tidak mencobanya.
“Coba dulu deh Key. Perasaan lo akan tenang setelah nyobain ini.” Aku menatap tajam mata Khelo. Bagiku ini tantangan besar, aku tau meskipun aku anak brandalan tetapi aku tak pernah sekalipun mencoba benda-benda haram seperti itu.
“Semuanya akan baik-baik aja Key, lo percaya gue deh. Gak usah takut, disini kita cuman berdua jadi gak akan ketauan ortu lo.”
“Oke gue coba. Bawel amat sih !” setelah mencobanya aku menjadi terbatuk-batuk. Khelo meringis meliat ulahku.
“Lama-lama lo juga akan terbiasa.” ujarnya sambil mengacak-acak rambut panjangku.
###
Aku menatap sekelilngku dengan bingung. Tempat ini begitu ramai dari mulai lantai paling bawah hingga lantainya yang paling atas. Aku mengernyit saat Khelo turun dari mobilnya, aku bingung dengan apa yang harus kulakukan saat ini.
“Ya kok lo masih bengong didalam. Ikut keluar dong Key.” Paksa Khelo sembari menggedor kaca mobilnya. Aku mengangguk segera membuka pintu mobil dan turun.
“Ini tempat apa ?”
“Tempat ngilangin sesek, tempat buat senang-senang.” Jawabnya enteng. Aku menaikkan alisku bingung. Khelo menggandeng tanganku untuk memasuki pub itu, aku mengikutinya dari belakang tanpa banyak tanya lagi.
Kita berdua menaikki tangga menuju keatas, ruangan diatas tak kalah ramainya dengan yang dibawah. Bau alkohol dan rokok menguap dimana-mana membuatku merasa mual dan ingin muntah. Sekarang kita memasuki sebuah ruangan yang sempit, didalamnya terdapat teman-teman Khelo yang beberapa dari mereka sudah kukenal baik.
“Woii mamen !!” teriak cowok sipit menghampiri Khelo lalu menepuk punggungnya pelan. “Siapa ni ? selingkuhan lo ?” Khelo tersenyum lalu menggeleng.
“Dia Keyla, temennya si Khelo dodol.” Timpal suara cewek yang duduk dipojokan. Aku kenal dengan cewek itu, dia adalah Irish teman cewek Khelo selain aku. aku baru mengenalnya 2 minggu yang lalu saat menemani Khelo menghadiri pesta promnight di sekolahnya. Aku dan Khelo memang beda setahun, saat ini aku masih duduk dibangku kelas XII sedangkan Khelo sudah lulus, tetapi cowok itu tak mau melanjutkan pendidikannya lagi karena baginya dunia pendidikan adalah dunia yang paling membosankan.
“Hai sayang,” sapa suara centil, aku menoleh kesumber suara itu. cewek tinggi, putih dan cantik itu bergelayut manja di lengan Khelo. Aku tau bahwa cewek itu adalah pacar Khelo yang bernama Hega. Cewek cantik itu memandangku tajam, aku pun balas menatapnya datar.
“Lo ada masalah sama gue ?” dumelku.
“Haha nih dia cewek yang gue tunggu-tunggu,” Tukas suara berat dibelakangku. “Apa kabar cantik ?” aku tersenyum memandangnya. Dia, Mike, teman Khelo juga yang baru aku ketahui belakangan ini kalau dia tergila-gila padaku. “Eh mumpung udah pada ngumpul semua, gimana kalo kita langsung ke inti acaranya aja ?” tanya Mike sambil menatap kami satu persatu.
“Oke langsung aja, bro.” Ujar Khelo yang masih sibuk dengan pacarnya. Aku menatap Khelo tak mengerti, Khelo hanya membalas pandanganku dengan menaikkan sebelah alisnya. Emang ada acara apa sih ?
Mike mengeluarkan seplastik kecil yang berisi tablet-tablet berwarna putih. Khelo mengambil sesuatu yang diletakkan dipojokkan ruangan, Irish, Hega dan sisipit Leon menyerbu tempat Khelo yang sedang mengeluarkan beberapa jarum suntik dari kantong plastik hitam. Aku terperangah melihat mereka yang sedang asik berpesta narkoba. Mike mendekat kearahku sembari membawa minuman berwarna merah.
“Coba deh, Key.” Ujarnya menyodorkan segelas untukku. Aku menerimanya kemudian meminumnya. Rasa manis yang bercampur dinginnya alkohol menjalari tenggorokkanku. Aku sudah terbiasa meminum minuman ini, Khelo lah yang mengenalkanku pada minuman ini, lewat dia lah aku mengenal kehidupan nakal seperti ini.
Mike menuangnya kembali pada gelasku yang sudah kosong, lagi-lagi aku meminumnya dan kejadian itu terjadi berulang-ulang hingga kesadaranku mulai menghilang. Mike menambahkannya lagi, tetapi kali ini cowok jangkung itu menuangkan serbuk putih kedalam minumanku.
“Sekarang lo coba kalo makek ini, Key, dijamin rasanya gak bakal ngecewain.” Aku yang masih setengah sadar langsung menolaknya. Mike masih terus membujukku, aku tetap bergeming tanpa mau menerimanya. Sepertinya Mike sudah kehilangan kesabaran untuk membujukku, cowok itu menyentakkan tubuhku dan berusaha membuka mulutku yang terkatup rapat.
Aku berusaha mengelak. “Khel, tolongin gue.” Pekikku dengan suara pelan. Kulihat Khelo masih menikmati pesta terlarang ini sehingga tak menyadari panggilan temannya. “Khheell !!” teriakku susah payah berusaha menjauhkan diri dari Mike, berusaha sekuat tenaga melawan kepalaku yang mulai pusing dan berusaha mengalahkan bunyi musik yang sangat memekakan telinga.
Brak ! bunyi pintu yang dibuka kasar dari luar sontak mengejutkan kami yang berada didalamnya. Satu persatu mata kami beralih pada seorang cowok berkacamata yang sedang berdiri diambang pintu.
“Lepasin cewek gue !!” ujarnya nyaris berteriak sambil menyeret tubuhku untuk keluar dari tempat laknat ini.
Khelo dan Edo saling beradu pandang, masing-masing dengan kilat kebencian yang berkobar. Khelo mendorong tubuh Edo hingga menabrak tembok yang berdiri kokoh dibelakangnya. Khelo mengacungkan jari tengahnya tepat dihadapan muka Edo yang terlihat masih tenang.
“Mau lo apa, hah ? cuih anak mami aja belagak sok jagoan. Bangsat !!!”
“Gue kesini cuman mau ngebawa Keyla pulang.”
“Peduli apa lo sama dia ?”
“Dia cewek gue jadi gak ada salahnya kalo gue bawa dia pergi.” Jawabnya masih sesantai mungkin, Khelo semakin geram dibuatnya.
“Ternyata nyali lo besar juga ya,” ledek Khelo. “Asal lo tau, Keyla jadi kayak gini itu gara-gara lo. Lo tau gak, lo itu banci, bisanya cuman ngikut orang tua aja.”
“Terserah lo mau bilang apa, yang penting tujuan gue kemari cuman mau bawa Key pulang.” Buk ! sebuah bogem mentah mendarat dipipi kiri Edo. Edo sempat terhuyung dan meringis kesakitan sembari memegang sudut bibirnya yang berdarah. Khelo mendekat kearah Edo dan akan menyerangnya lagi, tetapi aku yang sedari tadi hanya menyaksikan perkelahian mereka tanpa bisa berbuat apa-apa kini ikut maju meskipun dengan langkah berat menghampiri Khelo yang menghajar Edo habis-habisan.
“Hentikan Khelo.” Kataku lemah sembari menarik-narik kaos belakangnya. Khelo tetap bergeming. “Khelo HENTIKKKAANN !!!” teriakku baru setelah itu Khelo berhenti menghajar Edo dan menatapku kaget.
“Lo kenapa sih Key ? seharusnya lo seneng ngeliat orang yang sudah ngehancurin impian lo bonyok.”
“Gue emang benci perjodohan itu, tapi gue lebih benci dengan sikap lo yang gak gentle sama sekali. Lo bisanya cuman main keroyokan, gue sadar selama ini gue salah milih lo sebagai sahabat gue.” Air mataku meleleh, tetapi dengan cepat kuhapus karena aku tak ingin terlihat lemah dihadapan cowok ‘sok jagoan yang sukanya main keroyokan’ seperti Khelo.
“Lo denger sendiri kan, Khel, Keyla lebih milih gue daripada elo.” Ujar Edo sinis.
“Bangsat lo berdua !!! pergi lo dari hadapan gue.” Khelo terlihat kalap. Aku segera menggandeng tangan Edo untuk pergi dari tempat ini. PRANNGGG. Terdengar bunyi pecahan saat aku dan Edo sudah keluar dari ruangan pengap itu.
###
“Key, bangun kita udah sampai.” Edo berusaha membangunkanku yang tertidur didalam mobilnya. Aku menggeliat, mengucek kedua mataku yang tampak memerah. Aku tak mengenali tempat ini. Aku menatap Edo dengan bingung, seakan dapat melihat kegelisahanku Edo segera berkata, “Lo sekarang ada ditempat gue. Lo aman sama gue, Key. Ayo buruan turun.” Aku tertegun mendengar kelembutan suara Edo. Dengan setengah sadar aku turun dari mobilnya, tetapi sedetik kemudian kedua kakiku gemetar, kepalaku pening dan berat. Aku sudah tak kuat menahan berat tubuhku sehingga aku luruh begitu saja pada tubuh kokoh yang sudah sigap menangkap tubuhku yang lemas.
Cahaya mentari pagi akhirnya membangunkanku. Seseorang ternyata telah menyibak gorden biru langit di dalam kamar yang kutempati sekarang. Sesosok lelaki dalam balutan seragam putih-abunya berdiri tegap membelakangiku menghadap kearah jendela. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana panjangnya, sikapnya terlihat sangat santai dan tenang. Cool. Aku tau siapa dia. Dia adalah Edo seseorang yang ‘dulu’ sangat kubenci. Hah, tunggu dulu. Apa maksud ucapanku tadi ‘dulu’ berarti sekarang aku menyukai cowok ini dong ?? ah tidak-tidak, ini tidak mungkin. Sepertinya otakku sedikit kacau akibat dicekoki minuman beralkohol semalaman.
“Selamat pagi, Key.” Sapanya lembut, wajah putih didepanku itu tersenyum ramah. Aku tetap bergeming karena masih tak percaya bahwa aku sekarang berada di rumah cowok yang dulu pernah kumaki-maki. Aku mengedarkan pandangan keseluruh sudut kamar, mataku nyaris melotot saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tuhan, aku bangun kesiangan. Huh !
Aku terburu-buru turun dari atas spring-bed empuk hingga tak menyadari sebelah kakiku terlilit selimut tebal. Aku menutup mata rapat-rapat dan pasrah saat tubuhku akan segera mendarat pada kerasnya lantai marmer dibawahku. Hup ! lho aku kok gak kerasa sakit ya ? perlahan-lahan kubuka kedua mataku dan baru menyadari kedua tangan Edo menyanggah tubuhku yang hampir jatuh. Wajahku menjadi merah, aku merutuki kecerobohanku dalam hati.
“Lo kenapa sih, Key, buru-buru amat ?” tanyanya setelah membantuku duduk ditepi spring-bed. Aku masih tak mau menatap langsung ke wajahnya. Rasa malu masih bercokol didalam hatiku.
“Gue mau sekolah, Do.” Jawabku polos.
“Bwahahaha...” suara tawa Edo meledak semakin membuatku kesal.
“Nih cowok emang dari sononya udah aneh + sangar kali ya. Tampangnya doang yang keren tapi sifatnya bener-bener gak nguati. Tengil banget.” Hampir saja aku menimpuk kepalanya denga bantal yang paling besar, tetapi niatan itu urung kulakukan saat mengingat kebaikan cowok ini yang telah menolongku semalam.
Edo mengacak-acak rambutku. “Sayang sekali, Key, kayaknya pak Supri udah ngejalanin tugasnya dengan baik sebagai penunggu setia pintu gerbang yang mungkin eh gak mungkin lagi ding tapi bahkan udah ketutup sejak 2 jam yang lalu.”
“Lo gak sekolah ?” entah kenapa pertanyaan bodoh itu tiba-tiba terlontar begitu saja dari mulutku.
“Gue gak tega ninggalin lo sendirian,” Edo berhenti sejenak untuk membenarkan letak kacamatanya. “Ntar yang ada lo nyasar lagi didalam rumah gue yang gede ini.” aku memayunkan bibirku mendengar ucapanya.
Satu hal yang baru kusadari dari diri Edo, cowok ini begitu baik dan menyenangkan.
“Kenapa gue jadi seakrab ini sama nih cowok ?” batinku.
“Ngomong-ngomong, kok elo bisa tau sih kalo gue semalem ada didalam pub itu ?” tanyaku penasaran.
“Gue ngikutin elo semalem, karena perasaan gue gak enak. Elo boleh kok ngamuk ke gue karena udah gue buntutin diam-diam.” Tuturnya sambil menunduk. Aku menggeleng cepat, lalu memegang bahunya. Lantas cowok itu menoleh kearahku memandang dalam kedua mataku akupun balas memandang matanya yang coklat.
“Lo yakin kalo gue bakal marah ke elo ?” tanyaku berusaha memancing reaksi Edo. Cowok itu hanya mengedikkan bahunya. Aku tersenyum tulus sambil terus memandang wajahnya. Entah mendapat keberanian darimana sehingga aku mampu berlama-lama menatap beningnya mata coklat didepanku.
“Thanks, Do.”
“Thanks for what ?”
“Terima kasih karena elo udah nyelametin gue tadi malem, terima kasih karena semua kebaikan lo dan terima kasih karena elo udah nyadarin gue.” Edo mengangguk, aku tersenyum puas.
“Do, gue minta lo anterin gue pulang sekarang.”
“Oke. Tapi sebelumnya lo harus cuci wajah lo yang dekil itu dulu baru nanti gue anterin pulang. Gue gak mau disangka calon mertua gue udah ngapa-ngapain calon istri gue yang bawel ini.” Ujarnya sambil terkekeh geli melihat raut mukaku yang kini berubah. Aku segera mengambil bantal berukuran jumbo dari atas spring-bed, dan memukulkannya tanpa ampun pada Edo.
“Auuuhhh...!!!” jerit Edo saat terkena satu pukulan dari bantal jumbo itu.
“Rasain lo, Do, siapa suruh ngomong macem-macem sama gue. Emang lo siapa gue ?” aku masih terus mengejar Edo yang berlari kesana kemari menghindari setiap timpukan bantal.
“Gue calon suami lo.” Ejeknya. Kurasakan wajahku semakin memanas. Edo berhenti mendadak membuatku yang belum sempat mengerem, menabrak keras tubuhnya. Cowok itu berbalik menghadapku, sorotnya penuh dengan keseriusan.
“Gue nyetujuin perjodohan ini karena sebenarnya gue juga suka sama elo, Key, gue suka sama elo sejak kita masih kelas sepuluh. Dan gue beruntung banget waktu itu karena bisa sekelas sama elo dan gue lebih beruntung karena adanya perjodohan ini.” aku terdiam seribu bahasa menatap mata teduh Edo sembari mencari kesungguhan didalamnya.
“Gue juga suka sama elo kok, Do, dari dulu malah, tapi... (buk)” bantal jumbo itu menghantam lengan Edo. “Bodohnya elo, kenapa lo gak pernah nyatainnya jauh-jauh hari ke gue malahan elo baru bilangnya sekarang.” Itu bukan pertannyaan tetapi Edo tetap saja menjawabnya.
“Asal lo tau, gue adalah tipe cowok yang gak pandai dalam hal ngungkapin perasaan. Kenapa gak lo aja yang nyatain duluan ?” godanya. Aku menatapnya tajam. “Karena gue mau ngebunuh elo dulu sebelum gue nyatain suka ke elo.” Aku kembali mengejar Edo yang sudah berlari keluar dari kamarnya.
Terkadang kita terjebak dalam situasi yang membuat kita bingung. Hidup adalah pilihan dan untuk memilihnya itulah yang sangat berat, tak jarang kita memilih sebuah pilihan yang salah dan baru menyadarinya saat semua sudah terlambat. Alangkah baiknya kita menilai sesuatu tidak dari luarnya saja tetapi juga dari dalamnya agar kita tak menyesal dengan pilihan kita tersebut, dan belajarlah untuk lebih dewasa agar semuanya tidak terlambat untuk disadari...
http://detik206.blogspot.com/2017/05/wow-keren-mengintip-salah-satu-koleksi.html
ReplyDeletehttp://beritadomino2o6.blogspot.com/2017/05/ini-3-hal-yang-anda-perlu-ketahui.html
http://marimenujudomino206.blogspot.com/2017/05/sedang-tren-wanita-panjang-kan-bulu.html
http://jutawandomino206.blogspot.com/2017/05/penampakan-ular-piton-setelah-usai.html
DAFTARKAN SEGERA DIDOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !
SANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN:)
UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683