Thursday, December 1, 2011

Cerpen : Honey Intania Yonarizky ( @intaniaHiry )

24 Jam Menyakitkan


“KRIIIIIIIIING....KRIIIINGGGGGGG” suara alarm jam beker milik ara berbunyi menandakan sudah jam 7 pagi.  Ara  bangun, dan berjalan dengan sempoyongan sisa-sisa minuman alkohol masih tercium pekat dari nafasnya. Dia berjalan sambil memegangi kepalanya, mengingat-ingat apa yang terakhir kali terjadi. “kayaknya tadi malem gue OD deh di club. Terus tadi malam siapa yang nganterin gue balik ya?” kata ara didalam hati. dia bergegas menuju kamar mandi, disiapkan air hangat dalam bathub untuk dia mandi. Setelah itu dia merendamkan dirinya didalam bathub, di tenangkan dirinya.setelah kejadian semalam yang membuatnya sampai OD.
“anjrit banget tuh orang, berani banget sih mainin gue. dipikir gue cewek apaan!” makinya pada seseorang yang tentu saja tidak sedang bersamanya.
Ketukan pintu kamar mandi menghilangkan lamunanya. Pembantunya memberitahu kalau ada tamu dibawah. Seorang cowok, yang pasti bukan Endo, mantan pacarnya yang baru saja putus tadi malam. “iyaaa bi, 1 jam lagi, bilangin sama orgnya kalau mau nunggu, 1 jam lagi ya bi.” Teriak ara dari dalam kamar mandi. Suaranya masih terdengar parau. Suara detakan kaki berjalan keluar dari kamarnya itu berarti bibi sudah tidak berada dikamarnya. “ganggu aja ah si bibi” katanya. Diputarnya mp3 didengarnya alunan musik itu. musik klasik, ntah kenapa hari ini selera musiknya tiba-tiba saja berubah. Tiba-tiba ponselnya bergetar, ayahnya menelfon.”tumben banget nih orang tua ngubungin gue? biasanya kalo gak gue telfon duluan gak bakal nelfon” kata ara sebelum di angkat telfon dari ayahnya itu.
“ra ibumu sakit” suara panik dari sebrang saat menelfonya
“terus kenapa yah nelfon aku?” kata ara judes
“kamu itu anaknya. Mamamu dari tadi ingin bertemu dengan kamu ra” kata ayahnya
“kemarin ara sampe masuk rumah sakit ayah sama mama juga gak ada ngejenguk ara kan? Padahal ara benar-benar sakit, dirumah sakit Cuma ada bibi” kata ara mengungkit masalalunya
“tapi ini beda ra, mamamu sakit keras.” Kata ayahnya khawatir
“ayah emangnya tau kemarin ara sakit apa? Ayah tau nggak? Ayah tau gimana sakitnya ara saat ara sakit ayah sama mama gak ada?” ara berbicara dengan ayahnya dengan nada sedikit membentak
“maafin kami ra kalau masalah itu.”
“yaa udah ara juga minta maaf sama ayah, sama mama. Ara gak bisa ngejenguk bunda sekarang nanti deh kalo ara sempat!” ara langsung mematikan telfon, dan mematikan ponselnya. Air matanya mengalir. Mengingat masa kecilnya yang tidak pernah tersentuh oleh orang tuanya, sejak dia lahir. Dia dilahirkan namun dibesarkan oleh neneknya, baru sekitar 2 tahun lalu neneknya meninggal. Dan dia akhirnya diurus oleh para pembantunya, 2 tahun jugalah terakhir kalinya dia bertemu dengan kedua orang tuanya.
Beberapa kali ara mencoba untuk benar-benar mengakhiri cerita hidupnya. Termasuk setahun yang lalu, saat itu dia sedang benar-benar putus asa karena banyak yang menghakiminya atas meninggalnya ARTA. Cowok ini sebenarnya baik, sangat baik. Dia yang menemani ara saat dia berduka atas kehilangan neneknya. Yang memberikanya motivasi serta memberikanya banyak dukungan, membantunya belajar akan semua tentang kehidupan. Namun semuanya telah pergi. Pergi bersama semua kenangan ada. Kenangan yang indah namun akan terasa sangat menyakitkan jika dia ingat dalam masa yang sekarang.
“nooon udah kelar belum mandinya, tamunya masih nunggu nih non” kata si bibi dari luar kamar mandi.
“ehmmm iyaa bi 15 menit lagi yaa bi.” Kata ara segera dibaluti tubuhnya dengan  handuk. Dibukanya lemari dan mencari baju untuk dia kenakan hari ini.
Ara turun kebawah dan bergegas keruang tamu penasaran dengan siapa yang datang.
“elo siapa?” tanya ara saat melihat siapa yang datang. Seseorang yang tidak dia kenal, bahkan mungkin ini kali pertama dia bertemu dengan cowok satu ini.
“elo bener ara?”tanya cowok tadi “gue Ersa adiknya Arta.” Cowok tadi memperkenalkan diri.
“Adiknya Arta? Nama elo Ersa? Kok Arta  gak pernah cerita kalo dia punya adik.” Kata ara ragu
“ gue adik Tirinya. Bokapnya dia kan dulu nikah sama  nyokap gue.” kata ersa menjelaskan.
“oooh. Iya. Terus ada apa elo kesini?” tanya ara jutek
“gue Cuma dapet pesen disuruh kesini, disuruh ngejagain elo. Karna katanya elo labil banget.”
“kok elo bisa dapet pesan dari dia? Secara dia udah gak ada” tanya ara penasaran
“pesan yang dia kirim setahun lalu, baru nyampe ke gue seminggu yang lalu.” Ersa menunjukkan selembar surat kepada ara.
“ini bener tulisan Arta” kata ara tegas. “elo mau ngapain gue setelah ini?” kata ara kembali jutek dengan Ersa
“yaaa gue bakalan temenin elo, bakalan yaa bakalan jadi Arta yang dulu untuk elo. Cuma berbeda bentuk dan waktu aja.bakalan jadi Arta untuk elo”
“emang bisa? Gak ada satu orangpun yang bisa ngegantiin Arta. Setiap orang udah ditakdirin untuk jadi dirinya sendiri.gak ada 1 orang pun yang bisa sama, mirip. Mungkin mirip bisa. Tapi gak ada yang bisa SAMA!!” kata Ara
“iyaa gue tau. Mkanya gue mau nyoba buat bisa dengan elo. Gue prihatin dengan elo ra. Denger cerita-cerita Arta dulu sebelum dia pergi tentang elo”
“GAK ADA SATU ORANG PUN YANG NGASIHANIN GUE!!!”
“maaf ra gue gak maksud kayak gitu. Maksud gue.....”
“aaaaaaaaaaaaah. Udah elo gak usah ngebacot lagi, gue lagi males!!! ,mending elo pergi deh!”
Ara langsung masuk kedalam kamarnya. Dihidupkannya DVD dengan volume full. Membuat seisi rumah harus menutup telinga. Tapi hari ini tidak seperti biasanya, musik klasik yang dia putar. Sangat tidak mirip dengan Ara. Dibalkon kamarnya yang menghadap timur dilihatnya matahari pagi saat itu. pagi yang melelahkan. Sangat melelahkan untuk dijalani. Ini masih awal dari hari yang panjang. Masih tersisa sekitar 15 jam lagi untuk mengakhiri hari ini.
`````````````
“non gak keluar rumah?” tanya bibi menghampiri ara di balkon rumahnya.
“nggak bi, ara capek banget.” Kata ara lemah
“ada yang ngajakin non pergi tuh,” kata bibi menarik ara
“siapa bi?” tanya ara berusaha mensejajarkan langkahnya dengan si bibi
“orang yang sama non. Dengan yang tadi,”
“tuh anak gak balik bi tadi?” tanya ara kesal
“kayaknya sih tadi balik kok non”
“Oh iyaa deh bi. Aku samperin dia dulu”
Ara menghampiri cowok tadi diteras rumahnya yang terbilang mewah itu.
“ngapain lo?” tanya ara
“gue mau nunjukin sesuatu ke elo ra”
“apaan??”
“ikut gue!” ersa menarik tangan ara dan segera membawanya masuk kedalam mobil.
“mau kemana nih?” tanya ara berusaha memberontak.
“udah ikut aja, gue jamin elo suka. Tempat yang arta mau nunjukin ke elo sebelum dia pergi.”
`````````````````````````````````````````````````````````````````
“gimana keadaan istri saya dok?” tanya ayah ara kepada dokter yang baru saja melihat keadaan mamanya ara
“semakin buruk pak. Maafkan kami namun sepertinya kita hanya tinggal menunggu waktu”
“maksud dokter apa?” tanya ayah ara yang mulai khawatir
“tunggu saja pak. Semoga ada keajaiban untuk istri bapak. Semoga keajaiban itu datang. Maafkan kami pak, tapi kami akan berusaha keras untuk memberikan yang terbaik untuk istri bapak”
Ayah ara duduk diruang tunggu sambil menangis. Melihat keluarganya yang hancur dan tidak utuh. Hanya karna uang dia dan istrinya meninggalkan ara. Hanya dengan uang dia pikir ara akan mendapatkan kasih sayang pengganti. Namun uang hanyalah benda mati yang tidak bisa memberikan kasih sayang yang tulus. Uang juga mendidik orang menjadi sosok yang jahatm namun juga bisa mendidik orang menjadi sosok yang tegar. Orang dapat membuat orang membedakan satu sama lain, tapi dengan uang juga bisa menyatukan orang lain. Ajaibnya uang sama dengan ajaibnya cinta. Keajaiban cinta dan kasih sayang. Mungkin ini yang istrinya inginkan untuk tetap bertahan hidup. Hanya anaknya ‘ARA’ yang bisa melakukan itu. namun ara sendiri sudah tidak mau peduli dengan bagaimana orang tuanya. Bahkan ara juga bisa dibilang sudah tidak mengenal orang tuanya sebaagai yang melahirkannya. BUKAN YANG MERAWATNYA.
````````````````````````````````````````````````````````````````````
“kita mau kemana?” tany ara, entah sudah berapa kali dia menanyakan hal itu. sudah tidak dapat dihitung.
“kesuatu tempat” hanya itu jawaban yang selalu keluar dari mulut ersa jika ara dari tadi bertanya.
Saat ini ara sudah tidak berbicara lagi, mungkin sudah bosan bertanya dan dijawab dengan jawaban itu melulu. Akhirnya diputarnya MP3 ponselnya dan mengikuti alunan lagu klasik itu. lagu yang entah mengapa sejak tadi pagi ingin selalu dia putar. Dibukanya kaca jendela mobil dan dikeluarkanya sebatang rokok dari tempatnya, dihidupkan rokoknya itu lalu mengisapnya.
“elo ngerokok?” tanya ersa saat melihat cewek tadi menghisap rokoknya,
“iyaa kenapa? ada yang salah?” tanya ara judes
“nggak. Elo ancur banget sih?”
“yaaa ini hidup gue, udah ancur. Yaa dari pada ancurnya nanggung Cuma separuh doang gue ancurin aja langsung semuanya.”
“ckckckck”ersa berdesis
Akhirnya ara tertidur setelah menghabiskan 5 batang rokok. Tertidur pulas, saat dia tertidur terlihat sangat polos, terlihat pula goresan-goresan luka batin, yang sulit untuk dia lepaskan. Sangat berat bebanya. Hingga dia harus mencari pelarian sampai seperti ini.
“kita sampai. Ra bangun” ersa menggoyangkan bahu ara berusaha membangunkanya
“emmm dimana?”
“disini, keluar dari mobil dan elo lihat kebelakang, ada sesuatu yang udah Arta buat untuk elo.”
“apa?” suara ara yang masih terdengar sangat parau.
“lihat aja ra”
Ara keluar dari mobil. Dan langsung berjalan membelakangi mobil. “wooww amazing” kata ara. Bagaimana tidak, sebuah rumah pohon dibangun disana, tempat yang sepi dan tenang dengan gemercik suara air terjun didepannya yang berjarak sekitar 120meter dari rumah pohon itu. hijaunya alam dan terjalnya bebatuan yang seperti menjadi dinding disana. Pelangi yang terlihat dari rintikan air terjun yang terbiaskan oleh cahaya matahari. Ara teringat 1 kenangan manis yang ada saat dia bersama orang tuanya. Mungkin itulah satu satunya kenangan milik ara bersama orang tuanya. Ara saat itu diajak melewati pergunungan di ponorogo dan melihat indahnya hutan berhenti disebuah air terjun mini yang ada dipinggir jalan. Dilihatnya pelangi, dan mamanya mengajarkanya warna-warna dari pelangi itu.
“mamaa!!” teriak ara teringat dengan telfon ayahnya tadi pagi “ersa anterin gue ke airport sekarang cariin tiket pesawaat yang langsung pergi malam ini juga ke medan!!”
“emang kenapa?” tanya ersa.
“udah cepet malem ini gue mau ke medan, meu ngeliat mama gue, dia lagi sakit disana!”
“oke gue contact temen gue sebentar!”
Tanpa basa-basi mereka langsung pergi. Dan sampai ke airport tepat saat jam setengah 6 sore. Tiket pesawat sudah ditangan, jam 18.45 pesawat akan pergi. Ara pergi ke medan ditemani oleh ersa. Degap jantuk ara terasa sangat cepat, khawatir, takut, kalau saja nanti dia sampai tidak sempat bertemu mamanya.
Akhirnya mereka sampai dimedan sekitar jam 9 malam. Segera ara pergi kerumah sakit. Untung saja mereka langsung mendapatkan taksi. Sepanjang jalan ara mulai meneteskan air mata, takut jika penyesalan itu hinggap. Takut jika dia tidak sempat bertemu mamanya. Setelah 2 tahun terakhir ini.
Jam  10 malam dia sampai dirumah sakit. Terlihat ayahnya sedang duduk diruang tunggu sambil menangis. Ara khawatir, sang ayah saat melihat ara datang langsung memeluk anaknya yang kini sudah sangat besar, tidak terasa bayi yang dulu dia tinggalkan dengan ibunya kini telah menjadi seorang gadis yang cantik, namun kehiduanya sudah hancur.
“yaah mama mana?” tanya ra melepaskan pelukan ayahnya
“mamamu ada disana. Mamamu sudah menunggumu dari tadi ra.”
Ara membuka pintu kamar itu dengan pelan. Terlihat seorang wanitan sedang tertidur lelap dengan infus da darah yang mengalir kedalam tubuhnya, juga alat bantu pernafasan dan alat untuk mengetahui detak jantung. Ara berjalan perlahan menghampiri mamanya yang terbaring lemah.
“ma. Maafin ara” ara menggenggam tangan kanan mamanya itu. “maafin ara ma baru bisa datang sekarang. Ara bukan anak yang baik ma”
“maafin mama sayang” terucap 3 kata terakhir dari mama ara, tepat diucapkam saat jam menunjukkan pukul 11 malam. Setelah itu maamanya pergi, selamanya. Kehilangan yang sangat menyakitkan, walau orang itu jarang mengisi hari-hari ara. Tapi bagaimanapun ikatan sebagai seorang anak akan selalu ada.  Ara berteriak. Dia menangis dan langsung berlari keluar rumah sakit, menahan tangis yang sangat menyakitkan. Tangis yang sudah sering dia keluarkan, dan ini untuk ketiga kalinya dia harus kehilangan orang yang dia sayang. Sangat menyakitkan!!
Ara keluar dari rumah sakit dan berjalan. Sesaat saat itu, sebuah truk besar melintas, melindas tubuh ara yang saat itu langsung keluar dari kawasan rumah sakit dan berjalan tanpa melihat jalan yang ia lalui. Truk teronton besar melindasnya, ara mengalami luka dalam serius dia sempat dirawat dirumah sakit namun sayang saat jam menunjukkan 12 tepat dia pergi. Bersama beban hidupnya, bersama pahitnya hidup. Maasalah, yanga da juga hilang. Hanya 1 kata terakhir yang diucapkan ara “terima kasih” ntah untuk siapa kata itu ditujukan. Inilah akhir dari cerita ara, dia benar-benar pergi menyusul ketiga orang yang sangat dia sayang. 

2 comments: