Wednesday, February 29, 2012

Cerpen : @aarfahsita

  • Cinta Monyet atau Cinta Sejati?
    sebelum kalian membaca cerpen ini, saya hanya ingin mengucapkan beberapa patah kata, hehehe…ini adalah cerpen pertama yang benar-benar selesai kutulis, mempunyai ending. sebagian isi cerita ini adalah nyata, sebagian~ hohoho…mungkin ada diantara kalian yang pernah mengalaminya? ntah lah…maaf apabila tidak sebagus perkiraan kalian, aku baru saja memulainya…hehehe selamat membaca :)
    “Jadi anak baru emang ga enak! Berasa jadi seleb sehari, kalo lagi jalan ‘semua mata tertuju padamu’ semua orang nanyain tentang lo, darimana asal lo, dan lo kelas berapa, pasti, tradisi klasik. Gue ngga suka jadi anak baru, ribet!” tulis Anita di dalam blognya.
    Anita Clarissa, akrab dengan panggilan Anita, seorang murid baru di SMA Glory.
    “Nama gue Anita Clarissa, biasa dipanggil Anita, gue pindahan dari SMA Harapan Depok, senang bisa ketemu kalian, mohon bantuannya” kata Anita memperkenalkan dirinya didepan kelas.
    Semua anak yang berada didalam kelas mengangguk mendengar salam perkenalan dari Anita, ntah apa artinya anggukan mereka.
    Anita lalu memutuskan untuk duduk di depan, bersama dengan Rhila Setiawan.
    “Hai, gue Rhila, Rhila Setiawan, salam kenal ya, moga-moga lo betah sekolah disini, hehehe” kata Rhila memperkenalkan dirinya.
    “Kayaknya anaknya asik deh” pikir Anita.
    Anak baru emang selalu jadi hot news disetiap sekolah, selalu jadi seleb sehari. Dan itu yang Anita rasakan, apalagi di SMA Glory yang termasuk salah satu SMA terbaik di Jakarta. Kabar memang sangat cepat tersebar disekolah ini.
    Hari pertama Anita berjalan baik, dia mendapatkan banyak kenalan baru yang satu per-satu mulai menjadi temannya. Salah satunya Rhila dan Santi.
    Masa jadi seleb sudah habis, semuanya kembali seperti biasa.
    Hari demi hari berlanjut, pertemanan ketiganya mulai lebih akrab sehingga dapat disebut sebagai sahabat.
    Tidak terasa satu tahun sudah berlalu, lewat sudah tahun mereka sebagai Junior, sekarang mereka sudah beranjak  ke kelas XI.
    Tiga sahabat ini ditempatkan di kelas yang sama, XI IPA 2. Mereka juga bertemu dengan teman-teman baru. Termasuk bertemu dengan Alfian Ramadhan, cowok tinggi dengan sifat yang easy going dan sedikit menyebalkan.
    Sejak awal semester, Anita, Rhila dan Santi mendapat sahabat-sahabat baru. Termasuk Sherly cewek local yang tomboy abis.
    ***
    Di kelas XI IPA 2, Anita bertemu banyak teman baru, termasuk cowok yang bernama Alfian Ramadhan. Awal pertemuan mereka biasa saja, tapi semakin hari mereka semakin sering bertengkar, tetapi akrab, SMS-an bahkan ga jarang telfonan. Waktu itu Rrama pernah nelfon Anita, tujuannya untuk nanyain tugas Bahasa Indonesia,
    Rama: Halo nit
    Anita: kenapa Ram?
    Rama: mau nanya tugas bahasa Indonesia dong gue, lo bagaimana? Nyatet ga?
    Anita: nyatet, kenapa emang? Lo beloman?
    Rama; iyaa, sebutin dong, yayaya, cepetan, gue ga ada pulsa nih
    Anita: *ga punya pulsa kok telfon?* iyaa bentar, ini lagi gue ambil
    Anita: nih *menyebutkan jawabannya*
    Rama: ohh okeoke, thanks yaaa, makasih banget lo nit, wkakaka lo emang baik deh, eh yaudah ya, pulsa gue abis nih, haha bye
    Anita: iyeee…
    Baik lewat handphone ataupun bertemu langsung, mereka akrab. Sangat akrab.
    Bukan cuma Anita yang jadi teman berantemnya Rama, ada juga Rhila, Santi, Sherly dan Ana. Mereka berlima suka banget dijailin sama Rama dan membalas semua kejailan Rama. Itu mereka lakukan hampir setiap hari di Sekolah.
    Rama…begitu semua murid dan guru memanggilnya, orang yang asik, gaul,slengean, kocak, aneh. Otaknya juga lumayan ‘berisi’ apalagi Rama juga jago main alat musik, kayak gitar dan bass, dia juga jago olahraga terutama basket, postur tubuhnya pun tinggi.
    ***
    Awal semester satu – sampai akhir semester 2 mereka (Anita & Rama) jadi akrab banget, Anita ngga pernah nyangka kalau dia bisa akrab sama orang yang seperti Rama.
    Menjelang akhir semester 1 Anita mulai ngerasain perasaan yang berbeda kalau dia deket sama Rama, tapi sayang waktu itu Rama udah punya pacar. Jadi Anita berusaha untuk melenyapkan perasaannya. Sedikit demi sedikit perasaan itu hilang, sangat sulit untuk Anita menghilangkan perasaan itu. Ini pertama kalinya untuk dia. Pertama kalinya dia merasakan perasaan seperti ini, perasaan sulit untuk menghapus sesuatu, menghilangkan bahkan melenyapkannya.
    Menjelang semester 2, Rama putus dengan pacarnya, hal ini membuat perasaan Anita kembali tumbuh, harapannya kini menerang.
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: Cieee kannn yang putus! Wkakaka jomblo nih yeee :p
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: hahaha, sialan lo nit! Gue sih ngga jomblo, tapi single, yang jomblo mah elu! Wkwkw :p
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: sial -_- gue single yeee, pantesan aja diputusin, lo nyebelin sih wkwkwk
    Ya Allah semoga Rama cepet dapet yang baru, ya Allah O:)
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: Hahaha :p Ya Allah, kirimkan jodoh untuk Anita Ya Allah, kasiani dia, jomblo terus Ya Allah, amin
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: RAMAAAA!!! Aaaaaaa amin deh -_- wkakakak, udah ah gue tidur duluan ya ram, bye, see you tomorrow.
    -Sender: Rama
    -Recipient:  Anita
    Message: hahaha iyaa, okeoke, see you…
    Mereka tetap akrab, menjadi sangat akrab malahan. Sedikit demi sedikit Anita mulai memahami dan mengenal sifat Rama, apa yang ia sukai atau apa yang ia tidak sukai.
    ***
    Hari ini pelajaran cukup santai.
    “Untung aja hari ini, nyelaw, hahaha” kata Anita kepada teman-temannya. Teman-temannya sontak mengangguk bersamaan.
    Jam pelajaran pertama-pun sudah berakhir, ditandai dengan bunyinya bel. Pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Inggris. Pada saat pindah jam pelajaran, keisengan Rama-pun dimulai. Dia lalu dengan sengaja menarik rambut Anita, sehingga Anita hampir kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke belakang. Anita-pun meringis kesakitan sambil memegangi rambut bagian belakangnya.
    Melihat Anita terpaku ditempatnya, Rama lalu merasa bersalah dan mendatangi Anita dan  mencoba untuk meminta maaf.
    “Yah, nit, maafin gue ya, sakit ya emang? Nit? Nitaaa? Maaf ya.” Kata rama setengah merengek.
    Rama melingkarkan tangannya ke punggung Anita, Anita bisa merasakan hangatnya nafas cowok itu ditelinganya. Ia juga bisa merasakan bahwa jarak wajahnya dan wajah Rama sangat dekat.
    Anita tetap tidak menjawab, sementara Rama tambah panic, kini mereka sudah dikelilingi teman-teman yang lain.
    “Hayoloh Ram, lo apain tuh, anak orang?” kata salah seorang teman.
    “Yee Ram, lo apain tuh temen gue?” kata Rhila, Santi dan Ana ikut-ikutan ngomong.
    “Ayoo Rama, tanggung jawab yee” ceplos Sherly.
    Anita sebenarnya hanya berpura-pura menangis. Walau sedikit malu tapi dia sangat senang. Hatinya berdebar kencang, membuat darahnya terpompa dan mengalir dengan cepat. Dia juga bisa merasakan kalau pipinya memerah, apalagi orang yang mengerumuni mereka terus bertambah banyak.
    Sesegera mungkin, Anita menata perasaannya, menormalkan nafas dan detak jantungnya. Anita lalu kembali berdiri tegak, dengan sedikit menmberontak, Ia melepaskan rangkulan Rama.
    “Sakit bego! Ahelah Ram, galucu!” bentak Anita dengan gaya khasnya.
    Rama berada tepat didepannya, sambil menyunggingkan senyum ‘menggoda’ yang aneh, khas Rama. Anita juga melihat teman-temannya yang sedang menatap Anita dengan tatapan aneh, beberapa tersenyum ‘nakal’ seperti Rhila, Santi dan Ana.
    Anita lalu menghampiri Rama dan langsung menjambak rambutnya, Rama-pun meminta ampun,
    “Aaaa…ampun Nit, maaf, aduhh sakit, gila lu nit, sakit nit, nit please,” kata rama merengek,
    Akhirnya setelah puas menjambak rambut Rama, Anita kembali ke kursinya, meninggalkan Rama di depan kelas yang masih memegangi kepalanya sambil meringis kecil.
    Tidak lama kemudian, Bu Dorrette, guru Bahasa Inggris mereka masuk ke kelas dan pelajaranpun berlangsung.
    Satu jam berlalu, bel-pun berbunyi, menandakan berakhirnya pelajaran sekaligus menandakan jam istirahat segera dimulai. Semua anak lalu berhamburan keluar kelas, menuju kantin.
    Anita, Rhila, Santi dan Isra berjalan ke kantin,
    “Cieeeee, yang tadi pelukan sama Rama,” goda Rhila, yang lain pun ikutan menggoda Anita tentang kejadian tadi,
    “Hahaha iyaa, kalian kayak pelukan tau” timpal Ana,
    Lalu disusul oleh Isra “Kayak sinetron aja kalian berdua, tadi,”.
    “Apaan sih, please deh…” kata Anita menyangkal, “Eh, tapi emang iya? Tadi dia kayak meluk gue?? Serius?? Hahahah” lanjut Anita,
    Rhila, Santi, Ana dan Isra lalu menagngguk dan kemudian tertawa secara bersamaan.
    “Nih tadi kalian tuh kayak gini, nih,” kata Santi sambil memperagakan adegan tadi bersama Ana. Melihat itu Anita hanya tersenyum geli.
    “Cieee, seneng tuh pasti, ntar bajunya ngga dicuci-cuci deh, tadi juga kepalanya dielus-elus, pasti ga bakalan keramas nih anak,” goda Ana, yang lain tertawa terbahak-bahak,
    “Apaan sih, lebay lu semua, kaga lah, jorok banget gue hahaha, gue biasa aja kali~” bantah Anita,
    “Alah, seneng aja pake ga ngaku segala lu nit, ngga ada yang marah ini kan? Wkakaka” tambah Rhila, membuat pipi Anita memerah.
    Jujur saja, Anita memang senang dan Ia juga tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini.
    Hari demi hari terlewati, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, tidak terasa ujian akhir semester sudah didepan mata, semuanya sibuk belajar.
    ***
    “Hahaha, gue seneng bisa pindah ke sekolah ini, awalnya agak males, tapi ternyata asik, apalagi gue punya banyak sahabat disini, bisa ketemu banyak teman baru dan…Rama tentunya, cowok yang konyol, ga bisa diem dan agak sedikit aneh itu bikin gue suka sama dia, hahaha makin sering ketemu dan bercanda bareng, gue makin suka sama dia, mungkin gue sayang Rama” begitulah isi tulisan Anita di tumblrnya.
    Mereka memang dekat, tapi hanya itu. Tidak lebih, balasan-balasan sms dari Rama sudah cukup membuat  Anita senang.  Ia takut untuk meminta lebih. Ia tidak ingin semuanya berubah ketika rahasia kecilnya ini terbongkar, oleh karena itu soal Anita suka sama Rama, cuma sahabat terdekat aja yang tau.
    Semua sahabatnya bertanya, selalu dengan topik yang sama dan pertanyaan yang persis.
    “Kenapa lo bisa suka sama Rama?”
    “Kenapa Rama? Orangnya aja kayak gitu nit, Ya Ampun,”
    “Liat apanya sih nit? Dari seorang rama?”
    Pertanyaan yang terus menerus ditanyakan padanya, tetapi Anita hanya mampu menjawab
    “Gatau deh, gue sendiri bingung, kalau ngomongin soal cowok idaman, yah dia masuk sih, tapi ada sesuatu, gue gatau deh, intinya gue suka sama dia! Hahaha, mungkin gue udah sayang sama dia, mungkin.”
    ***
    Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa mereka sudah naik ke kelas XII,Senior Year.
    Pas liburan, Anita masih smsan sama rama, masih akrab kayak tahun lalu. Pernah sekali waktu Anita lagi jalan di mall, hpnya berbunyi dan ternyata itu telfon dari Rama.
    Anita: Halo? Kenapa Ram?
    Rama: *suaranya kurang jelas*
    Anita: Hah? Apaan si Ram?
    Anita: Ram??? Aduhh gajelas bangget sih
    *telfon ditutup*
    “Yehh„ kesambet kali ye, ni anak, gajelas dasar,” kata Anita,
    “Kenapa nit?” Tanya Febi sepupu Anita,
    “Ah? Eehheh ngga kok, gapapa” jawab Anita salting.
    ***
    Tidak terasa, waktu untuk kembali bersekolah sudah didepan mata. Dengan berat hati semua meninggalkan masa liburan mereka dan mempersiapkan diri untuk kembali ke rutinitas.
    Anita tidak ingin melewatkan hari pertamanya masuk sekolah, Ia sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan sahabat dan teman – temannya, juga Rama.
    “Rama mana nit?” Tanya Helena.
    Helena adalah anak baru yang masuk kelas XI tahun kemarin, dia juga mantan pacarnya Rama waktu SD.
    “Hah? Kok nanya gue sih? Mana gue tau-lah,” jawab Anita.
    “Lah? Bukannya lo pacarnya Rama nit?” tambah Helena
    Anita langsung menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan Helena.
    Desas desus yang beredar semakin membuat Anita risih dan jenuh. Kini beredar gosip bahwa dia dan Rama pacaran. Biang gosipnya tidak lain, tidak bukan adalah Helena, dibantu juga dengan teman sekelas mereka Kevin. Gosip tersebut-pun mulai menyebar ke seluruh kelas XII, bagaikan mobil balap yang berpacu pada lintasannya, sangat cepat.
    Sampai 5 hari mereka masuk sekolah, Rama belum juga masuk. Tezar (sahabat Rama) bilang, bahwa Rama sakit. Mendengar hal itu, sepulang sekolah Anita langsung mengirimkan sms ke Rama.
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: Ramaaa, kok belom balik? Kenapa? Katanya sakit?
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: Iya nih, gue sakit nit…
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: :O seorang Rama? Sakit? Haha, sakit apa emangnya?
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: Yeh nit, gue kan hanya manusia biasa…haha DBD L
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: Hahaha, yah terus gimana? Udah baikan?
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: Udah kok, hehehe ini juga udah keluar dari rumah sakit J
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: oohh yaudah deh, bagus kalo gitu…hmm istirahat deh sana, ntar sakitnya kambuh, haha cepet sembuh ya Ram :D
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: hahaha ternyata lo orangnya perhatian juga ya nit J haha iyaiyaa,thanks yaa
    -Sender: Anita
    -Recipient: Rama
    Message: hahaha baru tau? :p sipp sama-sama yaaa~
    -Sender: Rama
    -Recipient: Anita
    Message: hahaha…
    ***
    Anita masih menyukai Rama, masih menyayanginya dengan perasaan yang sama. Yang tidak berubah sedikitpun.
    Seminggu berlalu, Rama akhirnya masuk sekolah, Anita senang. Dari awal Ia juga tau kalau Rama akan masuk sekolah hari itu. Mereka masih sms-an. Namun, ada yang berubah dari Rama, dia jadi menjauh dari Anita, sifatnyapun berubah menjadi ‘dingin’.
    Anita bingung dan sedih sama semua perubahan Rama, Ia lalu mencoba untuk bertanya kepada sahabat Rama yang juga teman baiknya, Dito.
    “Dit, Rama kenapa? Tanyain dong?” pinta Anita, dengan sedikit memelas
    “Iya, tapi menurut lo kenapa?” Tanya Dito.
    “Karena gossip murahan yang ada, yang bilang gue sama Rama pacaran!” jawabnya sedikit emosi.
    Dito hanya mengangguk mendengar perkataan Anita.
    Dito bukan teman baru untuk Anita, mereka sudah mulai akrab waktu kelas XI.
    Tahun ketiga Anita, tidak seindah apa yang ia bayangkan. Gossip yang terus beredar membuat hubungan Anita dan Rama semakin menjauh. Kini, terbentang jarak yang cukup jauh antara mereka. Bayangkan saja, mereka berada dikelas yang sama, tapi tidak pernah berbicara satu sama lain, bahkan untuk berada dijarak yang dekatpun mereka enggan. Anita juga ikut menjauhi Rama.
    ***
    Semester 2 kini menanti, tahun sibuk-sibuknya semua murid kelas XII.
    Rama berubah total, begitu juga Anita,
    “Eh, Rama balikan sama Helena ya?” tanyanya kepada sahabat-sahabatnya.
    “Kayaknya sih nit, hmm” jawab Ahadya.
    Anita tidak bisa menahan air matanya, Ia terlalu rapuh untuk hal yang satu ini, emosinya bercampur aduk, antara marah, sedih, kesal dan lain-lain. Dengan sigap, sahabat-sahabatnya memeluknya, di pelukan sahabat-sahabatnya Anita menangis lebih kencang.
    “Gapapa nit, nangis aja,” kata Kartika.
    Sejak kabar itu didengar oleh Anita, Anita jadi suka nangis dan galau mikirin Rama,
    “Ini tuh, gara – gara Helena! Ihh nyebelin!! Dia tuh ngejilat ludahnya sendiri tau ga?? Katanya dia ga akan balikan sama Rama, ternyata?? Dasar!” emosi Anita meledak,
    Tapi apa yang bisa Ia lakukan? Itu semua sudah terjadi, dia hanya mencoba untuk menerima dan mengikhlaskan semuanya. Untungnya sahabat – sahabatnya selalu berada disampingnya. Ditambah lagi Dito.
    ***
    Tinggal beberapa bulan lagi mereka menghadapi UN. Anita sudah jarang memikirkan Rama lagi, karena Ia menyukai Andre.
    Setiap malam, sehabis pulang dari bimbingan belajar Anita selalu diantar oleh Andre, karena arah rumah mereka sama, hanya berbeda beberapa blok.
    Setiap ada bimbingan malam, Anita, Dito dan Ahadya selalu menyempatkan waktu untuk saling curhat, kadang menggalau bareng.
    Ga jarang Andre membuat Anita nangis, terkadang Anita masih sering menangisi Rama.
    Setiap kali dirinya nangis Dito selalu mengejeknya,
    “Ah, cengeng lu nit! Gitu aja nangis, dasar…butuh pundak buat nangis ga?”
    Ahadya dengan sedikit tertawa jijik dan lalu memukul Dito, tangisan Anita berhenti. Dua orang ini adalah orang yang paling mengetahui perasaannya sekarang-sekarang ini.
    ***
    Di dalam hati kecilnya, masih ada tempat untuk Rama, tempat yang cukup luas dan cukup menyakitkan untuk Anita. Ia sendiri merasa sangat bodoh dan aneh, sudah disakiti sampai sebegitunya, tetap saja.
    Suatu malam, Anita bbm-an sama Rama, tiba-tiba Rama mengirimkan sesuatu yang membuat leher Anita tercekat, tidak dapat berkata-kata, bernafaspun sulit.
    Isi pesan yang menghantuinya.
    Didalam pesan itu, Rama bilang “Your love is useless for me…” dan kalimat terakhir “maybe we can just be a friend? J
    Anita membalasnya
    “Apaan sih Ram? I like you once, but now? Not anymore, its so last year” Anita berbohong, bohong sama Rama dan dirinya sendiri.
    ***
    Tidak jarang Rama ikut bimbingan belajar malam, bimbingan belajar itu memang dikhususkan untuk anak kelas XII. Anita bertemu dengan Rama, tapi tetap dengan sikap yang dingin, tak saling menyapa bahkan tak saling menganggap satu sama lain.
    Anita dan Helena masih berhubungan baik, masih berteman. Anita tidak ingin menyalahkan Helena lagi atas hubungan mereka, karna mungkin memang bukan salah Helena, mungkin. Tidak jarang Anita dan Helena main ‘ceng-cengan’.
    “Masa Rama aneh banget deh ni, pas si Helena ngecengin lo, Rama ga ketawa, tapi pas lo ngecengin Helena? Rama ngakak! Aneh ya, atau jangan-jangan…” kata Ahadya.
    “Apaan sih kebo? Ngga lah, perasaan lo aja kali, hahaham udah ah! Ntar gue galau lagi,” potong Anita cepat, Ia tidak ingin keGRan, Ia sedang berusaha melepaskan perasaannya. Meniup jauh perasaan itu, membuatnya terbang entah kemana.
    ***
    Tidak terasa, UN-pun selesai. Pada saat hari terakhir dilaksanakan semua anak berdoa dan berdoa. Pada saat UN hari terakhir selesai, semua anak berhamburan keluar ruang ujian dengan muka dan perasaan lega dan senang. Mereka lalu merencanakan kegiatan selanjutnya dan selanjutnya.
    Beberapa hari kemudian, siswa kelas XII sibuk membicarakan Buku Tahunan, Perpisahan dan juga Senior Party.  Anita termasuk kedalam anggota inti buku tahunan dan Senior Party.
    “Oke! Buku tahunan is DONE!” kata Anita lega, teman-teman sesama anggota pengurus juga lalu bersorak-sorai.
    “MEMORIES OF PARBUSA GASIRESK” (judul buku tahunan mereka).
    Acara perpisahan juga berjalan lancar, tidak ada hambatan. Semua berjalan sesuai rencana. Rama, Glen dan Pras menjadi salah satu pengisi acara perpisahan itu. Tiba saatnya untuk makan, setelah itu acara bebas. Pada saat acara bebas, anak-anak sibuk berfoto-foto-ria, mengabadikan penampilan mereka yang sangat berbeda dari keseharian mereka.
    Anita sendiri memakai terusan panjang berwarna violet, tatanan rambutnya juga berbeda dari biasanya, kakinya dihiasi dengan sepatu wedges yang tidak terlalu tinggi berwarna netral. Yang lain juga memakai terusan, yang cowok memakai setelan jas lengkap dengan dasi dan sepatu yang formal.
    “Eh, gue mau foto sama Rama dong, temenin” minta Anita kepada Santi, akhirnya Santi mengikuti kemauan Anita.
    “Eh Ram, foto dong sama Anita,” kata Santi,
    Akhirnya Anita dan Rama befoto bersama,
    “Ciee, awasss ada yang lagi foto pra-wedding nih, haha”
    Semuanya juga ikut berkata seperti itu. Malam yang menyenangkan bagi mereka semua. Rasanya semua kerja keras mereka terbalas, dengan diberikannya sebuah plakat, tanda lulusnya mereka.
    ***
    (Senior Party)
    Percaya atau tidak, perasaan Anita masih utuh untuk Rama. Tidak berubah sedikitpun, bahkan sampai waktunya senior party tiba.
    Sebelumnya dia mengetahui bahwa Helena dan Rama sudah putus, ada senyum kemenangan yang menghiasi wajah Anita, saat ia mendengar berita itu. Ia merasa sangat jahat, tapi Ia juga tidak bisa memungkiri bahwa Ia senang.
    Senior party mereka berjalan sesuai rencana. Rama, Glen, Pras dan Michelle mengisi acara dengan menyanyikan beberapa lagu. Pada saat semua mengantri untuk mengambil makanan, Rama is back on stage, sekarang dia akan berduet dengan Brenda. Jenis suara bassnya sangat khas, tidak bisa dibilang bagus, tapi cukup enak untuk didengar. Mereka menyanyikan lagu “Lucky” dari Jason Mraz ft Colbie. Cukup untuk membuat Helena cemburu.
    Senior party-pun berakhir, sesaat setelah sampai di rumah, Anita langsung mengirimkan pesan ke Rama, mengenai penampilannya tadi. Jadilah mereka bbm-an lagi.
    ***
    (Hari-Hari terakhir di Jakarta)
    Pada hari-hari terakhirnya di Jakarta, Anita mempunyai ide gila, Ia ingin mengajak Rama untuk jalan, bareng sama Santi dan Tezar yang saat itu lagi pacaran. Rama-pun setuju dengan hal itu.
    Perjalanan yang aneh. Harusnya Anita berjalan berpasangan dengan Rama dan Santi sama Tezar. Tapi malahan Anita berpasangan sama Santi dan Tezar dengan Rama.
    Hari terakhir Anita berada di Jakarta bertepatan dengan hari ulangtahun Hana, mereka lalu berpisah, Anita dan Santi langsung ke rumah Hana. Di rumah Hana mereka janjian sama Rhila, Cintya, Isra dan yang lainnya. Kompltannya Rama juga datang.
    Ulangtahun yang cukup meriah, dan farewell party yang mengharukan untuk Anita, dia lalu kembali berfoto dengan teman-temannya yang hadir disana, termasuk Rama. Mereka kembali menjadi bahan sorakan teman-teman yang lain.
    Malamnya Anita dan Rama kembali bbman, tanpa disangka-sangka Rama mengirimkan sebuah puisi untuk Anita,
    My heart beats faster when I first saw you
    I like you,
    but it’s just a poetry…
    Sebuah puisi yang sangat berarti untuk Anita, walau hanya sekedar puisi.
    ***
    Hari terakhirnya di Jakarta sangat membuat Anita sedih, Ia merasa tidak rela meninggalkan semuanya, sekolah, sahabat dan teman-temannya, juga Rama.
    Malam yang kini dihiasi oleh bintang – bintang menemani Anita, bulan seolah mengerti apa yang ia rasakan, malam yang sunyi seakan menikmati isak tangis kecil Anita.
    Ia akan kembali ke Depok untuk kuliah di Universitas Negeri disana dan Rama, Ia akan berkuliah di Bogor. Jarak yang tidak cukup jauh memang, tetapi tetap saja semua berbeda.
    Hari yang paling tidak ingin Anita temui-pun tiba, hari dimana Ia harus merelakan semua kehidupannya di Jakarta dan memulai hidup baru di Depok, meninggalkan semua jejak-jejak yang Ia ukir bersama teman-temannya, meninggalkan Cinta pertamanya untuk pergi, merelakan semuanya.
    -Beberapa bulan kemudian-
    Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat, Ia sudah menduduki bangku kuliah. Sudah lama sekali Ia tidak melihat teman-teman seperjuangannya, sudah lama sekali rasanya Ia meninggalkan Jakarta dan sudah lama sekali Ia merindukan Rama. Sampai saat ini perasaannya untuk Rama tetap utuh, sama seperti 2 tahun yang lalu, tidak sedikitpun berubah. Ia tetap menyimpan semua kenangan bersama Rama di memori otak dan juga hatinya.
    Walau akhirnya Ia dan Rama hanya tetap berteman, Anita tetap senang, setidaknya Ia sudah mendapat kesempatan untuk bertemu dan sayang sama Rama. Rama adalah cinta pertamanya, cinta yang tidak akan pernah bisa hilang dari hatinya, cinta yang akan selalu Ia rasakan. Walau terkadang, mengingat cintanya itu Anita merasa sakit.
    “Yah, ini adalah kenyataan, bukan cerita di dongeng atau sinetron yang selalu berakhir bahagia, di dunia nyata, rasa sakit bisa sangat menyiksa kita. Rasa sakit terasa begitu nyata. Tapi, rasa sakit juga yang membuat kita bertambah kuat. Gue sendiri sangat amat berterimakasih sama Rama, karena tanpa dia, gue ngga akan berubah menjadi Anita yang sekarang, Anita yang lebih hati – hati dalam menyeleksi cinta. Karena Rama juga, gue jadi cengeng, hahaha, kalian tau? Dia adalah cowok pertama yang bisa ngebuat gue nangis, sampai rasanya sulit untuk bernafas, dia yang ngajarin gue cara untuk mencintai, tapi dia juga yang ngenalin gue sama yang namanya patah hati. Rama is one of the most important person in my lifeThanks Ram, thanks for everything.” Tulis Anita di halaman tumblrnya.
    Sampai detik ini, Anita masih menyimpan rasa yang sama, dengan sejuta harapan yang terus Ia gantungkan kepada Rama, harapan yang mungkin sulit untuk terwujud. Anita juga masih menggantung sejuta angan-angan untuk Rama. Tidak ada yang berubah dari perasaan Anita. Sekarang atau nanti, Ia yakin, perasaannya tidak akan pernah berubah.
    Mungkin Anita memang orang yang terlalu polos untuk hal cinta atau bahkan bodoh? Hanya dia yang bisa memastikan itu…

No comments:

Post a Comment