Tuesday, December 20, 2011

Cerpen : Novita Karina D. ( @novitajjah )

Teka - Teki Kemenangan


Teetteet. . . PUKUL 17.15
Bunyi tanda bel istirahat di salah satu gedung bimbingan belajar di daerah Rapak. Diikuti dengan suara riuh dari siswa- siswi yang ada di dalam gedung tesebut, tidak terkecuali anak kelas 9p-06. 9p-06 adalah kelas yang terletak di lantai 2 dan berisikan sekitar 12 orang siswa kelas 9 SMP dari berbagai SMP di Balikpapan, yang termasuk aku, Novita.
“Alhamdulillah, udah selesai nyatetnya!” ucap Halimah cewek yang gampang lupa, makanya rajin banget kalo ada catatan, “Nov, kamu udah nyatet?” tanyanya padaku.
“Udah, kamu?” tanyaku.
“Udah, Nisa juga kayaknya udah.” Halimah menjawab sambil memalingkan wajahnya ke arah Nisa yang ada disampingnya.
“Yaudah, kebawah yok!!” ajak Nisa sambil menarik Halimah dan sepertinya akan dilakukannya padaku, tapi aku sudah keburu melejit ke arah pintu sebelumnya ‘minta maaf sama Alfian’ karna tasnya yang di taruh dilantai ku tendang untuk menghindar dari Nisa.
Dalam masalah tempat duduk memang tidak pernah yang mengatur, jadi suka- suka aja. Biasanya, aku duduk bersebelahan dengan Halimah, tapi dia pindah kebelakang dan Rima yang biasanya sebelahan sama Nisa, jadi pindah kebelakang karna dia telat dan bangku disampingku diduduki oleh Alfian. Namanya juga suka- suka.
“Woi! Mau ke bawah kah?” panggil Nevil, salah satu anak cowok yang ada dikelas 9p 06.
“Iya, memang kenapa?” tanyaku padanya.
“Nitip kuaci yah! Abis ini kan pelajarannya Pak Suroso, jadi bisa sambil makan.” Ucapnya.
“Iya, iya! Aku juga!” saut setuju dari Reza dan Alfian yang dari tadi anteng. “Yayaya?”
“Aku mau juga!” saut Rima yang memang juga anteng ama Blackberry-nya.
“Iya!” jawabku sekaligus.
Ada satu hal lagi yang unik dari kelas 9p-06 adalah tidak pernah absen dengan yang namanya kuaci.
Selang beberapa lama aku, Halimah dan Nisa sampai didepan kelas, tapi ada yang beda. Wajah dari 4 anak tadi seperti habis ketawa, entah karena apa.
“Nov, katanya mau bales dendam?” tanya Reza, sesaat setelah aku duduk di bangku ku.
Aku berpikir ‘Bales dendam? Bales dendam apa?’ tanyaku dalam hati.
Sepertinya Reza bisa membaca pikiranku.
 “Aih masa lupa? Teka- teki?” jawabnya.
“O iya!” jawab ku, sepertinya aku ketulahan Halimah karena aku sering mengoloknya ‘pikunan’.
         


2 hari yang lalu, di jam yang sama.....
“Nov,..” panggil Reza “udah belum nyatetnya?” tanyanya.
“Udah, kenapa?” jawabku.
“Aku punya teka-teki.” ucapnya, dengan ekpresi seakan akan teka-teki ini adlah misteri yang susah dipecahkan.
“Apa coba?” tantangku.
“Tapi, jawabnya harus cepat” katanya.
“Yaudah apa?”
“Begini, rambut warnanya apa?”
“Hitam”
“Aspal warnanya apa?”
“Hitam”
“Tinta warnanya?”
“Hitam”
“Kelelawar tidurnya?”
“Malam”
“Masa, kelelawar tidurnya malam?” tanyanya mengingatkan, “Bukannya kelelawar tidurnya siang?”
Aku berpikir  ‘O iyaya!’
“Aih, ndak konsen sih! Haih kelemahannya Novita adalah tidak konsen! Hahhah” ucapnya dengan bangga.
“Ish awas kamu Za, liat aja nanti aku balas dendam!”

Sepertinya Reza menantangku kali ini,
“Oke, tapi ini bukan teka-teki biasa” ucapku serti Reza 2 hari yang lalu, penuh dengan misteri.
“Biasa aja kali Nov, ngak segitunya juga ekspresinya!” ucap Alfian dan membuat 5 orang yang lain jadi tertawa ngakak dan aku berhasil cemberut berat karena ngak ada yang ngebelain, biasanya Halimah dan Nisa yang suka nge belain, ekh sekarang ikut ngetawain, JAHAT!
Untung saja masih ada namanya arti kasihan didunia ini, akhirnya tawa mereka mereda satu per satu.
“Udah, udah kasian nah!” akhirnya Reza angkat bicara “Jangan diketawain!”
“Iya, iya, kasian! Baru kali ini ngeliat Novita cemberut, selama aku les di sini!” tawa Alfian kembali pecah.
“Yaiyalah, kamu baru liat dia cemberut sekarang!” ucap Reza menyauti
“Kamu juga baru sekelas ama Novita aja baru sekarang, pas kelas 9!” ternyata kata- kata tersebut membuat tawa yang awalnya untukku jadi untuk Alfian.
“Yaelah Za! Kayak kamu orang yang pertama aja yang pernah ngeliat dia cemberut!” ucap Alfian tak mau kalah.
“Ih Alfian lawas ah! Maka yang pertama temenan pas kelas 8 ama Novita aja Reza, jelas aja Reza tau cemberutnya Novita pas ngak punya temen. Makanya jangan sok tau!” Halimah ingatannya kembali, ‘makasih Halimah’ ucapku dalam hati.
“Astaga!! Ya maaf deh, maaf!” ucap Alfian melas.
“Udah, udah kok jadi bahas Novita cemberut sih!” Reza kembali mengganti topik sebenarnya.
“Nov jadi teka- tekinya kayak apa?”
“Okeh, aku kasih tau!” ucapku, “ Bumi itu bulat, bulat itu seni, maka berhitunglah dengan seni, enam tambah delapan berapa?”
Semua nya berkonsentrasi masing-masing,
“Enam tambah delapan hasilnya empat belas lah!” jawab Nevil ogah- ogahan.
“SALAH!!” ucapku.


“LHO??” ke lima orang tersebut ber ‘lho’ ria kecuali Reza yang memang bener bener niat tau jawaban yang bener, sambil tetap konsen mikir. Tapi, sepertinya manusia memang mudah menyerah.
“Yaudah jadi jawabannya apa?” tanya Reza menyerah karena udah pusing, dari gayanya hitung sambil garuk kepala.
“Jangan kaget ya!” ucap ku membuat penasaran, “Jawabannya..... 3!”
“HAAH? KOK BISA!” nyaris bersamaan, Nisa, Alfian, Halimah, Nevil, Rima dan Reza.
“Bisa dong!” ucap ku penuh kemenangan.
“Heh, kayak apa caranya?” tanya Reza penasaran.
“Cari sendiri donk! Aku perjelas ya, bumi itu bulat, bulat itu seni, maka berhitunglah dengan seni, delapan tambah satu berapa?”

Teetteet. . .PUKUL 17.30
          Bel waktu istirahat telah usai pun berbunyi, berganti dengan mata pelajaran IPS yang gurunya namanya Pak suroso yang terkenal kocak abis. Rata- rata semua nya sudah bersiap dengan buku pengayaan didepannya namun, berbeda dengan Reza, Alfian, Nisa, Halimah, Nevil dan Rima. Ternyata mereka masih penasaran.
“Coba Halimah jawab soal nomer 17!” waktu kayaknya cepat banget berputar, sampai udah nomer 17.
“Hah? Apa pak? Nomer?” tanya Halimah mengulang.
“Bukumu mana tho nduk?” menggunakan bahasa jawa beserta medok medoknya. Dan Halimah dari tadi belum buka buku sama sekali! “Dari tadi kamu ngapain?”
“Ekh, anu itu pak, m m m m.....” Halimah menjawab gaguk.
“CKCKCKCKC HALIMAH, HALIMAH!!” sorak anak satu kelas dan cekikikan- cekikikan jail.

Teetteet. . .
          WAW! Waktu bener- bener cepet banget dan waktu menyelamatkan Halimah. Bel berbunyi pukul 18.35 WITA dan Pak Suroso mengakhiri pelajarannya kemudian meninggalkan kelas diikuti dengan anak- anak yang lain.
“NOVITAAAAAAA!! JAWABANNYA BERAPA??”
Panggilan itu membuat orang yang di koridor pada ngelongok ke arah yang punya suara, Nisa, lalu melihat siapa yang di tuju, Aku! Malu banget diliatin sama orang banyak ada anak SMK sama SD lagi.
“Iya nov jawabannya berapa?” tanya beruntun dari Alfian, Rima, Halimah, Nevil dan Reza yang mempunyai nada bahasa yang sama
“Oke, oke jawabannya......2!”
“LHO??” ke lima orang tersebut ber ‘lho’ ria tak terkecuali reza yang emang ngotot pengin menang.
“Kayak apa caranya?”
          Akhirnya aku menjelaskan dan dibantu alat tulis juga kali ini.
“Kan tadi kisi- kisinya bumi itu bulat, bulat itu seni, maka berhitunglah dengan seni. Jadi 8 + 1 = 2. Angka delapan ada berapa bentuk bulatannya?”
“Ada 2!” jawab Reza cepat, sepertinya ada kemajuan.
“Nah angka satu ada bentuk bulatannya ndak di angkanya?”
“Ngak ada!” jawabnya cepat dan yang lain hanya terdiam sambil mencerna penjelasan permainan ini.
“ Yaudah anggap aja 2 + 0 = 2, selesai kan?” akhirnya aku melenggang pergi turun, selain karna udah di jemput tapi ada lagi yang heboh dan aku menghindarinya..
         



Selang beberapa lama, dan kembali ke realitas
“NOOOVVVVIIIIIIITAAAAAAAAAA!!!!! AWAAAAS YAAAA KAAAAMMUU BESOKKKK!!!!”
Sorak ke enam orang tersebut sambil berusahaa mengejar ke depan gedung namun sepertinya aku tidak dapat dikalahkan hari ini, karena dewi keberuntungan ada di pihakku. Tapi entah besok, mungkin reza kembali menantang lagi dengan berbagai teka – teki jailnya, mungkin halimah yang masih mengingat teka- teki yang diberi tau oleh temannya dan akhirnya mereka yang menang .




  T A M A T 

1 comment:

  1. Banyak ejaan yang salah, feelnya gak dapet, terus terputer-puter. :)

    ReplyDelete