tapi pengen ngeshare :p
FILOSOFI BINTANG
“Terkadang cinta itu seperti bintang. Walaupun terkadang ia tidak kelihatan ,tertutup awan, atau pekatnya langit malam tapi kita tahu dia akan tetap selalu ada disana.”
Braaak!! Dennis membanting tasnya keatas meja belajar. Entah kenapa hari ini rasanya dia badmood banget. Dari tadi di sekkolah rasanya ada aja yang bikin dia bete. Dari mulai tugas Sosiologi yang ketinggalan sampe harus dihukum di depan kelas,sampai uang jajannya yang hilang entah terjatuh dimana.
Sambil tiduran dengan rasa kesal samar samar Dennis merasakan getaran handphone nya. dia lupa masih men-silent hape tersebut. Pasti dia lagi,gatau waktu banget nih nelponnya. “Ya halo,kenapa?” . Walaupun Dennis menjawab sedingin itu ,si penelepon yang ternyata cewek itu tetap menjawab dengan suara riang. “hey,kamu udah pulang sekolah? Lagi apa?”
Lagi lagi intonasi dingin Dennis menjawab, “udah. Lagi mau istirahat. Telfonnya nanti aja ya?”
Perlahan terdengar helaan nafas si penelepon. Dan akhirnya kembali dengan suara riang ya walaupun terasa jelas dipaksakan,cewek tersebut menyudahi teleponnya. Tanpa Dennis tahu,saat telfonnya tertutup ,gadis diseberang sana menangis.
***
Reysa. Cewek penelepon tadi adalah reysa. Reysa jauh. Di bandung. Tadinya mereka 1 SMA tapi Reysa terpaksa pindah karena ayahnya bekerja disana. Sementara Dennis di Jakarta. Dennis dan Reysa pernah dekat tapi terlanjur Reysa pindah sehingga mengurungkan niat Dennis. Menurut Dennis ,Reysa sangat bawel,manja dan cengeng walaupun ia akui Reysa sangat mengerti dia dan yang paling fatal menurut Dennis,Reysa jauh. Mereka akan jarang bertemu. Sampai sekarang sudah setahun berjauhan tapi Reysa masih begini.
***
Hoaaaaam ,sambil menguap malas Dennis bangun dari tidurnya. Udah jadi peraturan tidak tertulis dirumah ini,kalo hari Minggu Dennis ga boleh dibangunin sebelum jam 10 pagi.
Triiing.. suara pemberitahuan chat masuk ke hapenya. Sambil mengucek matanya ia membaca chat tersebut. Dari Livi,teman Dennis sewaktu SMP. Sambil membalas chat tersebut,Dennis bangun dan keluar kamar untuk sarapan sebelum seluruh sarapan ludes dihabiskan adik-adiknya !
Tangan Dennis tidak juga berhenti mengetik ngetik keypad hapenya. Sesekali dia tersenyum kecil membalas guyonan guyonan yang dikirimkan oleh Livi di chat. Sudah beberapa hari Livi perlahan lahan masuk ke hari Dennis. Bahkan mengalahkan keeksistensian Reysa yang biasanya lebih intens mengisi hari hari Dennis. Ntah apa yang Dennis pikirkan sampai akhirnya dia dan Livi sepakat untuk jadian.
***
Tangan Reysa terasa kaku. Dia sudah berapa hari tidak bertemu Dennis. Di telpon pun Dennis tidak stabil. Terkadang lembut. Terkadang dingin. Kebanyakan dingin. Apa karena ini? Kenapa harus bertemu disini? Tadinya Reysa ke Jakarta berniat membelikan Dennis kado karena kurang dari seminggu lagi Dennis ulangtahun. Tapi karena lelah Reysa berhenti sejenak dan memasuki salah satu restoran fast food yang dulu sering ia dan Dennis datangi. Tapi sepertinya niat makan Reysa yang tadinya memuncak turun drastis digantikan dengan kekecewaan yang dalam. Disana ia melihat Dennis bersama cewek. Entah siapa. Tapi dekat. Sangat menyiratkan kalo mereka pacaran. Reysa setengah mati menahan banyak airmata yang sudah merebak di pelupuk matanya bersiap jatuh. Tapi dengan kepala tegak, Reysa terus berjalan. Aku harus buktikan.
Sedikit terkejut dan lalu biasa saja. Itulah ekspresi Dennis yang bisa Reysa tangkap saat Reysa berjalan di dekat meja Dennis dan berpura-pura seakan terkejut. Dennis memperkenalkan gadis itu. Livi.Cantik. Batin Reysa dalam hati.
***
Hari ini sangat panjang. Entah bagaimana akhirnya Reysa sampai dirumah. Dan masih bertahan untuk tidak menangis. Begitu ia berhasil masuk kamar setelah ngobrol dengan mamanya, Reysa langsung menelungkupkan wajahnya ke dalam bantal,meluapkan semua marah,kecewa dan sakit yang dirasanya. Setelah puas,Reysa membalikkan wajahnya dan mengambil bingkai foto yang berisikan fotonya dan Dennis. Reysa menangis dalam diam sampai akhirnya tertidur.
***
Dennis duduk di teras rumahnya seraya memainkan pelan gitar di tangannya. Tanpa sadar lagu kesukaan Reysa mengalun dari mulutnya. Dennis terdiam. Secara jelas tadi siang dia dapat merasakan Reysa yang hancur. Karena dia. Wajah Reysa mungkin sukses mengelabui Livi. Tapi tidak dengannya. Ia tau. Tapi ego nya tetap berkeras untuk bersama Livi.
Sudah 2 minggu Dennis dan Livi pacaran. Livi sekarang berbeda. Entah mengapa Dennis merasakan sakit karena ternyata Livi tidak seperti yang ia harapkan. Livi cuek. Tidak seperti…….. Reysa. Reysa tidak lagi pernah menelfon bahkan mengirimkan sms padanya. Tanpa sadar rasa bersalah menjalari hati Dennis. Reysa pasti sakit. Reysa tidak sekuat itu. Perlahan tangan Dennis memencet keypad hapenya dan menelpon Reysa.
Suara terbata Reysa menjawab teleponnya. Suara riang itu yang tanpa disadarinya sangat dia rindukan. “Reysa,kamu sakit ya?” tanya Dennis berusaha memastikan. “Iya Den. Hehe aku telat makan biasalah.” Jelas terasa tawa itu dipaksakan. Entah mengapa Dennis merasakan Reysa menangis. “Rey,aku tau aku bikin kamu sakit. Aku minta maaf aku udh bikin aku kecewa ,Rey” dan jawaban Reysa yang perlahan membuat dadanya terasa akan meledak karena rasa bersalah, “gak apa apa Den. Gak salah kok kamu sayang sama orang. Apalagi Livi. Dia cantik Den. Mudah mudahan kalian langgeng ya” . habis sudah. Dennis seperti habis tidak tau harus berkata apa.
***
Dennis baru saja menelpon. Bukan senang tapi hanya sakit yang Reysa rasakan. Aku harus bagaimana,Den? Yang aku bisa sekarang hanyalah berusaha terlihat baik-baik saja. Maaf Den. Batin Reysa.
***
Sudah sebulan Reysa tidak bisa dihubungi. Account accountnya Reysa sudah memblock dia. Reysa hilang begitu saja. Dennis kehilangan. Benar benar kehilangan. Waktu itu Reysa sempat mengirimnya sms ,tapi tidak ia balas. Ia bingung. Bingung menentukan hatinya. Sampai akhirnya Livi meninggalkannya. Ia benar benar kalap dan baru terasa ia benar benar membutuhkan Reysa. Hanya Reysa yang tau cara menenangkannya. Rasa sesal menjalari hati Dennis. Sesal ketika dia tidak langsung mencari Reysa saat itu.
Hari ini 2 tahun yang lalu pertama kalinya Reysa dan Dennis bertemu. Taman ini tempat kesukaan Reysa. Hari ini mendadak Dennis ingin sekali kesana. Entah kenapa ia ingin mengingat lagi tempat kesukaan Reysa itu. Disana ia duduk di ayunan favorit Reysa. Melamun ketika ada suara berkata “jangan main ayunan deh. Kamu jadi keliatan cupu banget.” Tawa itu..dan suara itu.. Dennis menoleh dengan cepat. Ada. Memang ada Reysa disana. Tanpa berbicara Dennis berdiri dan memeluk Reysa. “Maaf Rey,maaf. Tolong jangan pergi lagi.” Tidak ada jawaban. Tapi Dennis jelas merasakan Reysa membenamkan kepalanya dan balas memeluknya. Bukan jawaban. Tapi Dennis tau,Reysa tidak akan pergi lagi.
“Reysa seperti bintang. Reysa tidak selalu ada disini. Kehadiran Reysa kadang terhalang oleh jauhnya jarak,kehadiran orang lain dan lain lain. Tapi aku tahu reysa akan selalu ada disana aku percaya Resya adalah bintang.”
-THE END-
(cerpen perdanaaaaa :) hahaha jgan diketawain. awas ajaaa.)
No comments:
Post a Comment