Sunday, April 1, 2012

Cerpen : @febbychrista

I'm Not Femme


Calista berdiri lemas di samping Redian. Mereka berdua sedang menunggu Anton di dalam halte busway kampung melayu. Seperti biasa, Calista dan Redian yakin kalau Anton sekarang ini sedang kesasar entah kemana. Hari semakin siang. Sudah lewat dari jam yang telah disepakati
"Menurut lo dia lagi dimana, Ta?" Tanya Redian pada Calista yang terlihat mulai kesal. "Itu anak batu banget sih, ya? Ke Roxy sendirian."
"Paling lagi nyangkut ke daerah Rawamangun, atau ke Pulogadung." Calista hafal betul hobinya Anton. Sohibnya itu, kalau datang telat, pasti nyasar. Dan alasannya macam-macam. Dan Anton itu kalau pergi kemana-mana pasti bisa sampai tempat tujuan, tapi untuk pulang ke asalnya, pasti nyasar.
"Coba telepon, deh, Ta."
Baru saja Calista ingin menekan tombol Call di kontak Anton pada handphonenya, Anton keluar dari busway dengan wajah yang berseri-seri.
"Hei... Maaf, gue..."
"Nyasar?" Tebak Calista.
Anton menepis. "Nggak, kok. Tadi gue naik buswaynya lama banget. Dan gue ketemu cewek cakep. Hehe."
"Ih pantes girang. Ya udah, deh, yuk. Keburu sore!" Pinta Redian yang sepertinya sudah mulai kelaparan.
Ya, inilah mereka. Calista, Redian dan Anton. Mereka bersahabat sudah sejak lama. Dan yang paling mengejutkan teman-teman mereka adalah awal cerita persahabatan mereka yang dibangun lewat pertemuan mereka dalam jejaring sosial.
Dulu, dulu sekali, pada tahun 2007, Calista mengenal Redian dan Anton lewat friendster. Saat itu mereka sama-sama masih duduk di bangku 3 SMP. Disana mereka bertiga masih belum dekat satu sama lain. Hanya sekedar ber-hai-lagi apa-oh gitu-dadah. Sampai akhirnya mereka menemukan jejaring sosial baru bernama facebook pada tahun 2008. Awal masuk SMA, Calista, Redian dan Anton saling mengirim permintaan pertemanan di facebook. Disanalah mereka bertiga mulai dekat.
Belum lama mengenal facebook, muncul lagi jejaring sosial baru bernama twitter pada tahun 2009. Tiga ABG yang sama-sama memiliki mulut yang cerewet ini, saling follow. Mereka bertiga semakin akrab, dan jadi merasa memiliki ikatan persahabatan.
Calista tinggal di Jakarta, Anton di Cikarang dan Redian di Sukabumi. Jarak yang begitu jauh, membuat mereka bertiga tidak punya kesempatan untuk bertemu. Sampai akhirnya pada tahun 2010, tahun kelulusan SMA, mereka masuk di Universitas negeri yang sama di Jakarta. Mereka juga janjian untuk masuk dalam jurusan yang sama, Pendidikan Bahasa Inggris. Saat ini, Redian juga sudah pindah ke Jakarta, sedangkan Anton belum ingin ngekost sendirian, oleh karenanya, Anton lebih memilih pulang-pergi Cikarang-Rawamangun untuk kuliah.
Dalam beberapa hal, mereka merasa memiliki banyak kesamaan, pertama adalah hobi ngerumpi, yang kedua adalah mereka hobi berjalan-jalan serta berwisata kuliner.
Setelah berdiri sejam-an di busway dan belasan menit di mobil angkutan umum, akhirnya mereka turun, dan masuk ke resto Bluegrass Bar & Grill, daerah Kuningan. Begitu sampai disana, ternyata ada beberapa meja yang sudah reserved. Akhirnya mereka dapat meja di pinggir dekat jendela yang hanya bisa dipakai selama 3 jam. Cukuplah, lumayan untuk mengobrol.
Beberapa menu sudah mereka pesan. Salah satunya adalah Aqua Reflection. Baru kali ini mereka melihat botol Aqua yang rancangan designer Sebastian itu. Lalu Asparagus Bacon Puff Pastry. Yang ketiga adalah Texas Beef Ribs. Untuk Texas Beef Ribs ini, pilihan sausnya ada 3 macam, Bluegrass Original, Bbq dan Gentlemen Jack Rare Tennessee Whiskey. Pilihan akhirnya jatuh ke Gentlemen Jack Rare Tennessee Whiskey. Tak lupa mereka juga memesan Granny’s Apple Pie yang ternyata masih fresh baru diangkat dari oven.
"Gila! Kenyang mampus!" Kata Redian sambil memegangi perutnya.
"Ah, gue belum, nih." Tandas Calista yang masih meniup-niup Apple Pie miliknya. Calista memiliki tubuh kurus. Kurus sekali sampai-sampai Redian yakin kalau sohibnya ini cacingan.
Anton diam saja menikmati semua makanan, lalu dia membuka mulut setelah mengelap bibirnya. "Eh, gimana? Katanya kita mau cari rumah kost deket kampus yang campur cewek-cowok!?"
"Eh iya! Yuk! Kapan deh?" Sambung Redian.
"Sekarang aja!" Jawab Calista secepat kilat.
"Nggak capek, Ta?" Tanya Anton.
"Nggak lah. Gimana?"
Calista membuktikan omongannya. Setelah selesai makan mereka bertiga keliling belakang kampus untuk mencari tempat kost yang bebas cewek-cowok. Setelah dapat, mereka pun berbincang-bincang dengan pemilik, juga dipersilahkan melihat-lihat. Tempat kost yang terdiri dari 2 lantai itu seperti rumah kontrakan. Masing-masing kamar terdapat kamar mandi. Kecil sih, tapi lumayan nyaman dan bersih. Dan mereka memilih untuk menyewa 3 kamar di lantai 2.

***

Sabtu kedua di bulan September 2011, Calista, Redian dan Anton sudah mulai menempati kamar kost mereka masing-masing. Pagi itu, secara bersamaan, mereka bertiga merapikan kamarnya masing-masing. Kebetulan di lantai 2 memang hanya ada 4 kamar dan satu ruang tengah untuk menonton tv. Setiap kamar ada AC-nya. Setelah kedatangan mereka, lantai 2 yang sebelumnya kosong, kini jadi ramai.
"Fiuhh... Akhirnya kelar juga..." Ucap Anton yang sudah merapikan kamarnya. Dia langsung mencari botol minuman di kulkas.
"Gue juga udah". Ucap Redian yang sedang duduk bersantai di ruang tengah sambil menonton tv. "Calista mana?"
"Ta..? Ih..!" Anton berdiri mematung di depan kamar Calista. Lalu dia memanggil Redian. "Re, coba ini liat temen lo!"
"Heh! Elo ngapain!?" Ucapan Redian menghentikan kegiatan Calista yang sedang menempel-nempelkan sticker bergambar kupu-kupu berbagai warna di dinding kamarnya yang berwarna peach itu. "Emangnya boleh, ya?"
"Ya elah...!! Gue udah izin tadi sama Mami." Jawab Calista. Mami adalah panggilan ibu kost mereka. Mami sudah berumur 40 tahunan, tapi wanita itu benar-benar gaul.
"Tapi, Ta... Mestinya itu lo nempelin gituannya nanti kalo kamar lo udah rapi. Lah itu, baju berserakan, daleman kemana-mana, buku-buku kuliah lo noh, ih... sampe pada robek gitu lo injek-injek!" Redian ini memang hobi berkomentar.
Anton yang sebenarnya kurang suka berdebat, akhirnya berkata, "Ta, sini, deh, kita bantuin rapiin kamar lo. Lo nempelin gituannya ntar aja." Seperti inilah Anton. Lebih memilih jalan cepat. Dia kurang suka basa-basi.
Akhirnya setelah beberapa menit kamar itu rapi, Calista berterima kasih pada dua sahabatnya. Lalu mereka duduk-duduk di ruang tengah.

***

Kebersamaan Calista, Redian dan Anton baik-baik saja sampai saat MALAPETAKA itu datang. Akhir September 2011, ada satu anak kost baru lagi yang akan tinggal disana. Kamar yang tersisa hanya ada di lantai 2. Lantai 1 sudah penuh dengan 4 anak yang kebetulan satu kampus dengan Calista, Redian dan Anton.
Saat itu Redian sedang tak ada di tempat kost, dia dan beberapa temannya sesama anak Himpunan Mahasiswa Jurusan, sedang ada kegiatan di luar kota. Maka, di kost-an lantai 2 itu, hanya ada Calista dan Anton.
Tok! Tok! Tok!! Seseorang mengetuk kamar Calista. Pelan. Dan Calista tahu, itu pasti Anton. "Masuk aja, Ton."
Anton pun membuka pintu kamar Calista, dan sedikit menutupnya, "Ta! Lo jorok banget, sih!" Bentaknya ketika ia melihat kamar Calista berantakkan tapi cewek itu malah cengengesan sambil memegang salah satu novelnya.
Calista meletakkan novelnya. "Nanti gue beresin, Ton. Kenapa?"
"Ada anak kost baru di sebelah kamar gue. Lo belom liat? Gue baru dikasih tau Mami."
"Belom. Gue aja baru bangun. Cewek apa cowok? Dimana dia?"
"Kayaknya sih cewek. Dia masih mondar-mandir turun-naik gitu beresin barang-barangnya."
"Kok?"
Akhirnya Anton menjelaskan kepada Calista bahwa sebenarnya anak kost baru itu cewek yang tomboy banget. Anton mengatakan, cewek tomboy itu bernama Juanita. Dulu, waktu SMP, Calista juga punya teman bernama Juanita. Orangnya menyenangkan. Tapi Juanita teman SMPnya dulu, lebih akrab dipanggil Tryas, karena memang namanya Juanita Tryastuti.
"Heh! Lo mau kemana?" Anton langsung menarik tangan Calista yang mulai berjalan keluar kamar.
"Ya, kenalan lah oon! Dia kan pasti belom punya temen disini!"
Baru saja pintu kamar terbuka lebar, Calista melihat seorang cowok yang sudah lama sekali tak pernah bertemu dengannya lagi. Mulutnya terbuka lebar-lebar. "Aaaaaa!!!! Lo..."
"Tita??" Cowok itu begitu terlihat kaget melihat Calista. Dan Calista juga tak asing melihatnya.
Calista yakin pernah bertemu dengannya. Hanya sekali. Tapi Calista ingat. Cowok ini bernama Bagas "Lo Bagas kan? Lo kok bisa ada di sini? Dulu kata Gilang lo pindah ke Semarang!"
Syok! Calista benar-benar terkejut. Ini pertama kalinya dia bertemu lagi dengan sahabat mantan pacarnya itu. Dia hafal wajahnya karena pernah dipertemukan dengan mantannya yang bernama Gilang, dan karena Calista sempat tertarik pada pesona Bagas. Bagas memang tak sekeren Gilang, tapi tatapan mata Bagas yang hangat itu membuatnya lupa kalau saat itu dia sudah punya cowok.
Seketika suasana saat itu hening. Suasana sangat hening sampai suara handphone Anton berdering. Anton langsung menekan tombol berwarna merah. Suasana kembali hening, sampai akhirnya Mami, pemilik kost, naik ke atas, ke ruang tengah.
"Gimana Juanita? Kamarnya enak, kan? Nggak panas, kan?" Tanya wanita berdaster itu pada Bagas dengan suara khasnya yang melengking.
"Ju... Juan... J-Juanita?" Calista menoleh ke arah Bagas sambil menyipitkan matanya. Menatap sinis.
Bagas, cowok yang dipanggil Juanita itu, diam tak bergerak sedikitpun. Dia duduk tegang di sofa panjang berwarna coklat itu. Bola matanya bergerak-gerak. Ia terlihat bingung.
"Lho? Ini ada apa? Kok, kalian jadi tatap-tatapan gini? Kenalan, dong. Calista, Anton, ini anaknya temen Mami, namanya Juanita." Lalu Mami berganti menatap Juanita, "Juanita ini anak-anak kost disini."
Tak ada yang mendengar ucapan Mami. Suasana masih hening. Tambah hening lagi ketika Mami mulai ikutan tatap-tatapan bersama tiga anak kost-nya.
"Ah, Tante, aku masuk kamar dulu." Bagas pun langsung masuk ke kamarnya, tapi Calista dengan segera menarik tangan Bagas.
"Bagas!? Lo ini siapa?!!" Pertanyaan Calista begitu jelas. Begitu jelas terdengar. Tapi Bagas langsung masuk ke kamarnya tanpa menjawab pertanyaannya.

***

Tanggal pertama di bulan Oktober, Redian pulang ke kost-an. Disambut gembira oleh Anton. Tapi Redian langsung bertanya-tanya pada Anton kenapa manusia beo itu tak terdengar suaranya. Calista masih syok dan tak ingin keluar kamar. Tak ingin berbicara apapun juga meski pada Anton. Hal itu juga terjadi pada Bagas yang sebenarnya bernama Juanita. Dia jarang sekali keluar kamarnya.
"Oh, jadi gitu, Ton." Ucap Redian di kamar Anton setelah Anton menceritakan semua yang terjadi selama 3 hari Redian ke Puncak. "Jadi, lo sama Calista udah nanya identitas cowok itu belom? Eh maksud gue, cewek itu."
"Belom, sih."
"Ya, ditanya dong! Apa mesti gue yang nanya?" Redian pun langsung keluar kamar dan berjalan mendekati kamar teman kost barunya. Redian kalau sudah penasaran, tak ada yang bisa menahannya.
Belum juga Redian mengetuk pintu, yang punya kamar keluar. Sore itu, teman kost barunya memakai baju gombrong berwarna kuning dan celana basket. Redian agak kaget melihatnya. Ganteng, tapi cantik. Ini cowok apa cewek, sih? Pikirnya.
"Ada apa?"
"Eh..." Redian jadi berhenti menatapnya. "Eh sorry. Kayaknya gue mesti ngomong sama lo."
"Oh. Ya udah. Masuk." Dia membukakan pintu kamarnya untuk Redian. Keduanya lalu duduk di karpet kamar.
"Gue udah denger cerita dari temen gue, Anton. Dan gue pengen tau dari lo langsung, nih. Lo keberatan?"
"Nggak, kok." Dia tersenyum. Manis sekali senyumnya. Redian sempat mengutuk dirinya karena senyuman orang di depannya ini membuat dirinya tersipu malu.
Setelah itu, Bagas pun mengaku kalau dia itu adalah Juanita. Bagas juga mengaku kalau dia lebih senang dikenali sebagai cowok. Ia hanya merasa dirinya lebih nyaman seperti itu. Redian mengerti maksud dari penjelasan Bagas. Bagas juga menceritakan kalau dirinya adalah Butch. Butch adalah istilah dalam lesbian yang memerankan dirinya sebagai cowok. Redian melongo tak percaya. Apalagi setelah tahu, bahwa Gilang, mantan terakhir Calista itu pun sama seperti Bagas. "Nama asli Gilang adalah Gina."

***

"Dia Butch! Dan lo femme, Ta. Lo beneran nggak tau kalo Gilang itu cewek?"
"Nggak, Re! Udah berapa kali, sih, lo nanya kayak gitu sama gue!?"
"Udah Re, Ta. Jangan debat gitu!" Anton menengahkan mereka. Tapi lalu dia mengingat-ingat sesuatu. "Tapi, begitu gue liat foto Gilang, gue langsung tau kalo dia itu Butch, Ta."
Tanpa memperdulikan kedua sahabatnya lagi, Calista ingin pergi dari situ. "Ah, lo berdua sama aja!" Calista menghentakkan kaki lalu bangkit dari tempat tidur Redian.

***

Malam hari saat suasana kost mulai sepi, satu BBM masuk ke handphonenya, Calista melihatnya dan ternyata itu balasan BBM dari teman twitternya yang bernama Yoga.

Participants:
-------------
Tita Calista, Angger Prayoga

Messages:
---------
Tita Calista: Payah ih gak bales! Errr~
Angger Prayoga: Eh sori gue ketiduran. Hhe
Angger Prayoga: Eh BBM gue rame loh ta!
Tita Calista: Pantes!
Tita Calista: Rame knp?
Angger Prayoga: Ada 3 org yg nanya "Calista belok?"
Tita Calista: Hah? Siapa aja?
Tita Calista: Yoga?
Tita Calista: PING!!!

Chatting lalu berhenti karena BBM Calista untuk Yoga tidak deliv. Sepertinya paket BB Yoga sudah habis, dan SMS Calista juga tak dibalas. Calista sudah tahu, Yoga pasti tak punya pulsa untuk membalas SMSnya. Calista tidak bisa menelepon Yoga yang berbeda provider. Calista yang kesal akhirnya menelepon teman twitternya yang lain, "Kak Doni?!" Sapanya begitu teleponnya diangkat.
"Kenapa, sayang?" Tanya orang di seberang sana.
Calista menceritakan semua yang terjadi pada cowok yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu. Dia berbicara begitu menggebu-gebu. Tapi tetap pelan. Takut kedengaran keluar. Kak Doni juga meminta Calista mengirimkan foto-foto Gilang lewat BBM.
"Dia cewek, tapi Butchy. Kamu sebagai Femme."
"Tapi, kak..... I'm not femme!"
"That's real, my bee."

***

Januari di tahun berikutnya pun tiba. Liburan semester telah menanti. UAS selesai hanya tinggal beberapa hari lagi. Calista, Redian dan Anton mulai merencanakan kegiatan mereka selama liburan. Pada minggu-minggu sebelumnya, Redian dan Anton merasa Calista butuh refreshing. Karena belum ada waktu, maka sekarang ini adalah waktunya.
Sekarang ini Calista sudah merasa lebih baik. Dia sudah tak ingin mengingat-ingat Gilang atau lebih tepatnya Gina. Kalau memang benar kenyataannya begitu, Calista tak peduli. Bagi dirinya, Gilang itu cowok. Dan Calista normal. Itu saja. Dia tak ingin memikirkan hal lain. Redian dan Anton juga sudah berhenti bertanya-tanya tentang itu.
Selain itu, Calista mulai bisa menerima keberadaan Juanita. Bukan sebagai Bagas yang dikenalnya dulu. Calista juga kagum dengan niat baik Juanita yang ingin menjadi cewek normal.
Saat bersantai bertiga, tiba-tiba Juanita keluar dari kamarnya, penampilannya mengejutkan Calista, Redian dan Anton. Juanita memakai baju berenda berwarna peach dan celana jeans pendek ketat sepaha, serta rambut pendeknya juga dikuncir. Dia juga memakai bedak plus lipgloss. Semua itu hadiah dari Calista. Calista sangat senang dengan perubahan Juanita. Meski terlihat kaku dan agak aneh, Calista memanggilnya, "Gabung, yuk!"
"Iya..." Juanita pun tersenyum. Redian yang melihat itu langsung seperti orang yang tersambar petir. Senyum-senyum sendiri.
Redian duduk mendekati Juanita. "Lo... Cantik, Nita. Tapi, mending nggak usah pake make-up." Redian mengambil tissue di atas meja dan membersihkan make-up di wajah putih mulus Juanita. Samar-samar wajah Redian terlihat malu-malu.
Anton langsung melempar Redian dengan boneka beruang pink milik Calista. "Dasar lo, Re!"
"Aaaaa..... Anindhitanya jangan dilempar-lempar gitu!" Bentak Calista pada Anton yang seenaknya saja melempar bonekanya.
"Apaan?" Tanya Anton. Alisnya terangkat satu.
"Anindhita?" Redian juga bertanya.
"Nama bonekanya Anindhita. Emang kenapa? Siniin ah, bonekanya!" Calista menatap kesal pada Redian dan Anton, sambil mencoba merebut bonekanya di tangan Redian.
"Kenapa namanya begitu?" Tanya Redian lagi.
"Ah... Itu... Hei kalian ini mau tau aja! Siniin!" Kali ini Calista mencoba merebut bonekanya di tangan Anton.
"Nggak bakal. Wleeee!" Anton menjulurkan lidahnya. "Calista Femme, woooo!"
"Antooooooooon!"
Redian dan Anton, adalah dua orang dengan karakteristik yang bertolak belakang. Calista terkadang sering kesal dengan tingkah kedua sahabatnya. Tapi dia merasa bahagia dan nyaman dengan keberadaan dua cowok itu. Terlebih lagi mereka bertiga tinggal di tempat kost yang sama. Kalau tak ada jejaring sosial, apa mungkin Calista bertemu dengan Redian dan Anton?

No comments:

Post a Comment